GELORA.CO - Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Fadli Zon menyebut 6 pengawal Habib Rizieq (HRS) tewas dibantai polisi. Operasi intelijennya klise dan klasik, mudah dibaca.
“Dalam sejarah operasi intelijen, modus semacam ini sangat klise dan klasik. Bukan operasi kekinian,” ungkap Fadli Zon dalam akun Twitter @fadlizon, Selasa (8/12).
“Cek saja senpi, proyektil, bekas tembak, sidik jari, uji balistik dan lain lain. Benar-benar brutal pelaku pembantaian ini,” tegasnya.
Seperti diketahui, Sekum FPI Munarman menegaskan pengawal HRS tak dibekali senjata sebagaimana klaim kepolisian.
“Patut diberitahukan bahwa fitnah besar kalau laskar kita disebut membawa senjata api dan tembak menembak. Laskar kami tidak pernah dibekali senjata api,” kata Munarman dalam konferensi pers di markas FPI, Senin (7/12).
Munarman bahkan menantang kepolisian untuk mengecek senpi yang berhasil disita. Jika ada nomor registernya maka bisa diketahui siapa pemilik senpi itu.
“Kalau betul, cek nomor register ya. Pasti bukan punya kami. Karena kami tidak punya akses senjata api dan tidak mungkin membeli senjata gelap,” tegasnya.
“Bohong itu. Tiap anggota FPI dilarang bawa sajam, senjata api dan bahan peledak,” tegas Munarman lagi.
Munarman juga membela tindakan yang dilakukan keenam anggota laskar sebagai upaya melindungi HRS.
Menurutnya, wajar jika para pengawal sigap melindungi HRS ketika muncul ancaman.
Munarman, membenarkan rekaman suara laskar FPI pengawal Habib Rizieq Shihab yang beredar di media sosial.
Akan tetapi, ia menyebut bahwa barang bukti dua senjata api dan empat bilah senjata tajam yang dibeberkan polisi adalah bukti palsu.
Pernyataan itu disampaikan Munarman dalam wawancara via telepon yang ditayangkan Kompas TV, Senin (7/12/2020) malam.
“Itu bukti-bukti palsu semua. Tidak bisa sepihak. Tidak benar ada tembak-menembak,” kata Munarman.
Munarman lantas menyinggung rekaman suara yang sebelumnya diputarkan.
Dalam rekaman itu, kata Munarman, jelas bahwa pengawal HRS menyatakan kalau mereka (polisi) ingin memotong atau menyalip, berarti ada upaya penguntit untuk menyalip.
Sang presenter lantas menyela dan menanyakan dengan mengutip rekaman tersebut, itu berarti FPI mengakui adanya rekaman suara dimaksud.
“Ya betul itu rekaman suara (laskar FPI),” jawab Munarman.
Menurutnya, itu membuktikan rombongan pengacau itu yang akan menyalip dan memporak-porandakan serta melakukan inisiatif untuk menyalip rombongan Habib Rizieq dan pengawalnya.
“Kalau orang waras dan normal pikirannya, itu terbantahkan sendiri. Tidak ada serangan. Itu disuruh nongkrong di warung kopi kok serangan,” tuturnya.
Munarman bersikeras bahwa rekaman suara itu justru tidak membuktikan adanya niatan penyerangan dari laskar FPI sebagaimana disebutkan polisi.
Munarman juga membantah bahwa pihaknya sengaja memancing dan memepet petugas kepolisian.
“Dipancing yang mana? Justru yang memepet itu mereka (polisi). Mana ada pancingan memepet. Tidak ada di voice note tadi, tidak ada,” tegasnya.
“Iya kan ngopi. Tidak ada ‘pepet dia, pepet dia’,” jelasnya.[psid]