GELORA.CO - Pemilihan Presiden AS 2020 telah mencapai babak paling menegangkan yaitu penghitungan suara. Saling klaim kemenangan antara petahana Republik Donald Trump dan pesaingnya Joe Biden jadi tontonan seluruh dunia beberapa hari belakangan.
Situasi kacau yang sedang berlangsung di AS tersebut telah menarik banyak perhatian, tak terkecuali dari netizen Tiongkok yang penasaran.
Banyak dari mereka yang menilai, alih-alih menjembatani perpecahan, pemilu saat ini justru telah menimbulkan kekerasan dan kemarahan di AS.
Sebaliknya, banyak orang di China memandang kekacauan pasca pilpres sebagai hiburan; mengintip AS dan politikus serta masyarakatnya riuh. Beberapa dari mereka menjadikan persaingan antara Trump dan Biden sebagai anekdot tentang semangat kerja keras, karena melihat 'dua pria berusia 70-an AS masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan.'
Topik yang terkait dengan pemilu AS telah menjadi tren di platform media sosial populer China Sina Weibo selama berhari-hari. Tagar #Us Presidential Ellection bahkan telah menarik sekitar 6,77 miliar pembaca. Perkembangannya yang lebih baru, seperti laporan rencana Trump untuk mengajukan tuntutan hukum di Pennsylvania, Michigan, dan Georgia, mengumpulkan lebih dari 100 juta pembaca dalam satu jam, seperti dikutip dari Global Times, Kamis (5/11).
Di masa lalu, beberapa suara tentang seberapa maju demokrasi AS atau apa yang bisa dipelajari China dari sistem politik AS mungkin terdengar di antara orang China selama musim pemilihan AS. Namun kali ini, pemilu AS diejek habis-habisan, karena sebagian besar netizen China menganggap sistem politik AS sama sekali 'membingungkan'.
Seorang netizen merangkum perasaannya di Sina Weibo: "Demokrasi AS gagal, karena tidak dapat menyelesaikan masalah; ia memecah belah masyarakat dan menciptakan konflik; sains dan rasionalitas tidak berguna dalam sistem ini, tetapi radikalisme dan anti-intelektualisme dapat berhasil; dan mereka akan memiliki 10 juta kasus Covid-19 yang (akan) dikonfirmasi segera."
"Orang macam apa yang menginginkan ini? Saya benar-benar merasa kasihan pada orang Amerika," ungkapnya. (*)