GELORA.CO - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo telah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tepat setelah ia pulang dari kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) pada Rabu dini hari (25/11).
Kunjungan Edhy bersama rombongan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ke AS sendiri membawa sejumlah agenda.
Pekan lalu, Edhy dan rombongan KPK bertemu dengan lembaga riset di AS. Setelahnya ia juga menyaksikan penandatanganan kerja sama antara KKP dengan Ocean Institute Hawai Pacific University.
Kerja sama tersebut ditujukan untuk mencapai target peningkatan produksi udang Indonesia yang mencapai 1,5 juta ton per tahun pada 2024.
"Siang tadi waktu Amerika, saya menyaksikan penandatanganan kerja sama antara KKP dan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University. Kerja sama ini mencakup transfer teknologi dan pengetahuan terkait produksi induk udang unggul melalui pembanguanan Broodstock Center Udang di indonesia," kata Edhy dalam Instagram-nya pada Sabtu (21/11).
Setelahnya, Edhy juga bertemu dengan 204 orang anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di Honolulu, Hawaii.
Di sana, Edhy mengaku mendapatkan keluh kesah dari para ABK Indonesia terkait dengan imigrasi hingga asuransi.
Menurut keterangan tertulis dari KKP, para ABK Indonesia banyak mengeluh perihal isi kontrak kerja yang belum mereka pahami.
Namun Edhy menegaskan ia siap untuk menampung semua masukan, saran, dan pertanyaan dari para ABK.
Edhy sendiri ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta dengan sejumlah orang lainnya, termasuk sang istri, Iis Rosita Dewi, serta asisten mereka.
Kabar penangkapan Edhy pun telah dikonfirmasi oleh Wakil Ketua KPK, Nawawi Pamolango.
Sejauh ini belum ada informasi resmi dari KPK terkait penangkapan Edhy. (RMOL)