GELORA.CO - Sejumlah mantan anggota TNI yang tergabung dalam Purnawirawan Pengawal Keadilan Negara (PPKN) berkumpul di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada hawri ini, Kamis (1/10). Mereka datang berkumpul untuk memperingati tragedi kebiadaban G30S/PKI.
Komite Kajian Strategis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, Anton Permana menjelaskan bahwa PPKN itu adalah paguyuban atau organisasi para perwira tinggi, perwira menengah, pama, bintara, bahkan tamtama yang anggotanya ribuan di seluruh nusantara.
Ziarah di TMP dilakukan karena PPKN tidak ingin sejarah kelam negeri ini dilupakan begitu saja.
“Sebagai bangsa yang besar jangan pernah melupakan sejarah kelam, agar sejarah buruk kudeta dan pengkhianatan PKI ini tidak terulang kembali,” ujarnya kepada wartawan.
Dengan ziarah, Anton Permana yakin akan ada inspirasi, motivasi, dan sugesti atas segala jasa pengorbanan para pahlawan dan pejuang terdahulu yang dikubur sebagai syuhada dan pahlawan bangsa.
Semangat dan motivasi dari ziarah ini juga memberikan sinyal kepada seluruh anak bangsa bahwa sebagai prajurit tidak akan pernah rela membiarkan kedaulatan dan ideologi negara diganggu dan dirongrong oleh kelompok-kelompok politik tertentu.
“Sebagai prajurit dan tentara yang hidup dan matinya sudah didedikasikan untuk negara, setiap saat selagi masih ada nafas di dalam badan, siapa bertempur menggunakan helm, sepatu, baju loreng, bahkan senjatanya kembali demi menyelamtkana bangsa ini dari kehancuran,” tegasnya.
Penegasan penting karena secara terang benderang ada upaya sistematis untuk mengganti Pancasila menjadi ekasila. Di mana semua ini disinyalir tidak lebih dari bentuk nyata bangkitnya gerakan neokomunis atau neo PKI di bumi Pancasila.
“Untuk itulah, PPKN juga dengan tegas menyatakan akan mendukung penuh gerakan yang dilakukan oleh KAMI (Koalisi Menyelematkan Indonesia) dalam melawan kebangkitan neo komunis dan membela Pancasila demi keutuhan NKRI ke depan,” tegas Anton Permana.
Nantinya, PPKN akan memberikan pesan bahwa setiap prajurit yang telah disumpah atas nama Tuhan Yang Maha Esa untuk setia kepada Pancasila dan UUD 1945 harus diwujudkan dalam sikap yang nyata, tidak ambigu, tidak ragu-ragu, yang akhirnya justru tunduk dan masuk ke dalam perangkap politik kekuasaan sekelompok orang.
“Jangan sampai prajurit jadi pengkhianat bangsa,” tutupnya. (*)