GELORA.CO - Perlakuan terhadap Dekarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan yang mengenakan baju tahanan serta diborgol terus memantik amarah para aktivis.
Deklarator dan Komite Politik KAMI, Gde Siriana Yusuf mengatakan, perlakuan yang dialami Syahganda dkk merupakan bentuk penghinaan terhadap rakyat dan demokrasi. Meski rekan sejawatnya dipertontonkan dengan tangan terborgol, ia yakin masyarakat masih bisa jernih melihat ketidakadilan yang terjadi.
“Saya yakin rakyat tidak bisa ditipu dengan tontotan borgol. Pejuang tetap pejuang meski diborgol. Sejak dulu, para pemimpin lahir dari penjara. Diponegoro, Teuku Umar, Soekarno, Hatta, Syahrir, Hariman Siregar adalah sejarah yang tak terlupakan,” kata Gde Siriana Yusuf di akun Twitternya, Kamis (15/10).
Ia kemudian menyinggung makna yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
“Sila keempat itu rumusan tentang kpemimpinan yang berpengetahuan luas dan dalam, sehingga bisa bjaksana, yaitu mngajak rakyat turut serta dalam pngambilan putusan dengan cara prmusyawaratan/perwakilan. Bukan dengan gas air mata dan borgol,” tegasnya.
Pada dasarnya, kata aktivis Bandung Intiative ini, upaya pembungkaman terhadap pihak yang berbeda pendapat mengenai omnibus law bukanlah soal hukum acara pidana, tetapi lebih kepada mempertontonkan kesombongan dan kedzaliman.
“Kekuasaan itu sesungguhnya untuk orang yang siap merendahkan dirinya di hadapan rakyat yang memilihnya. Kalian tidak pernah bangun demokrasi. Kalian hanya gunakan demokrasi untuk bangun korupsi dan dinasti politik,” demikian Gde Siriana.[psid]