GELORA.CO - Pemerintah Cina melarang penggunakan pakaian tradisional komunitas Muslim Utsul, yang terletak di Provinsi Hainan, di perkantoran pemerintah dan sekolah.
Mereka berjarak sekitar 12 ribu kilometer dari Provinsi Xinjiang, yang menjadi sorotan dunia internasional terkait pembentukan kamp pelatihan oleh pemerintah Cina bagi warga minoritas Muslim Uighur di sana.
“Etnis Utsul memiliki populasi sekitar 10 ribu orang dan berbasis di Kota Sanya,” begitu dilansir Asia One pada Rabu, 30 September 2020.
Dokumen dari Partai Komunis Cina menunjukkan otoritas bakal meningkatkan pengawasan warga untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Pemerintah Cina juga bakal memperkuat pembatasan arsitektur relijius dan Arab di wilayah itu.
Larangan penggunaan hijab di sekolah memicu protes dari pengelola sekolah pada awal bulan ini.
Video yang beredar di sosial media Cina baru-baru ini menunjukkan sekelompok siswa perempuan yang memakai hijab sedang membaca buku teks di sekolah dasar Tianya Utsul.
Sementara sekelompok polisi terlihat berdiri di sekitar.
Seorang pekerja sosial di sana mengatakan kebijakan resmi pemerintah melarang etnis minoritas memakai pakaian tradisional di sekolah.
Alasannya, etnis minoritas lain tidak memakai pakaian tradisional sehari-hari. Sehingga, larangan itu tidak berarti apa-apa bagi mereka.
“Namun, bagi kami, hijab merupakan bagian integral dari kultur,” kata pekerja sosial itu.
Sebelum ini, pemerintah Cina kerap membenarkan tindakannya mengirim sekitar satu juta warga Uighur dan etnis minoritas lain untuk masuk kamp pelatihan dengan alasan terorisme.
Sumber:
https://www.asiaone.com/china/tiny-muslim-community-becomes-latest-target-chinas-religious-crackdown