GELORA.CO - Sejumlah pihak merasa prihatin terhadap kondisi bangsa Indonesia yang terjadi dewasa ini juga dengan perkembangannya. Terutama melihat anak-anak muda yang kerap menggembar-gemborkan milenial namun tidak dibentengi agama dan adab budi pekerti.
Salah satu yang merasa prihatin dengan kondisi bangsa ini yakni mantan Menteri Pertahanan RI, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu saat memberikan sambutan dalam acara diskusi daring bertajuk "Doa dan Harapan Untuk Negeri" yang digelar secara fisik dan virtual di Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (3/10).
"Kalau saya sih, saya prihatin sekali dengan keadaan bangsa ini. Terutama anak-anak muda ini. Karena saya melihat kita terlalu bicara milenial-milenial, kita lupa yang lain," ujar Ryamizard Ryacudu.
Mantan KSAD ini sebelumnya mengungkapkan, pemberi sambutan sebelumnya mengaku prihatin dengan situasi bangsa Indonesia akan politik dengan bualan janji-janjinya, maka dia mengajak semuanya untuk mencarikan solusinya.
"Jadi apa yang kita lakukan di sini adalah kita melihat situasi bangsa dan negara yang terjadi dan perkembangannya saat ini. Kemudian tadi sudah disampaikan masalah rakyat sudah bosan dengan janji-janji dan bau-bau politik," ujar Ryamizard Ryacudu.
"Nah pada kesempatan yang baik ini ya kita cari solusi apa yang terbaik untuk kita sumbangkan kepada negara yang kita cintai ini kemudian tentu makin dirangkum dalam buku yang kita sampaikan juga kepada siapa, Presiden atau siapa terserah saja," imbuhnya menambahkan.
Kembali ke milenial, Ryamizard Ryacudu mengatakan, milenial memang harus mengikuti perkembangan zaman dengan kemampuan teknologi yang baik, namun tidak melupakan agama serta adab sopan santun dan budi pekerti yang baik pula.
"Milenial ini penting kita harus tahu kalau tidak tahu dengan IT segala macam itu kita ketinggalan zaman. Tapi ada satu yang harus kita tanamkan sejak awal. Jadi kalau kita nanamkan pohon biar lurus tidak bengkok-bengkok, kalau yang baik untuk dipaksa lurus patah nanti. Jadi enggak nyambung harus ada yang mengikat. Ikatan itu siapa? Satu agama, dua budi pekerti," urainya.
"Jadi ini diikat dengan agama budi pekerti sejak kelas 1 SD insyaAllah nanti akan lurus yang baik baik bagi negara dan bangsa ini, yang paling penting adalah baik untuk Allah SWT," sambungnya.
Ryamizard Ryacudu lantas mencontohkan banyak kasus belakangan ini yang sangat memprihatinkan dilakukan oleh oknum anak muda yang tega membunuh orang tuanya. Perilaku jahiliah, sadis dan kejam itu diharapkan tidak lagi terjadi ke depannya.
"Dulu, dulu itu zaman jahiliyah, kan kita lihat bunuh-bunuhan, anak-anak perempuan dulu dibunuh dan segala macam begitu. Tapi kalau sekarang ini lebih, kenapa? Saya lihat di majalah, televisi seorang anak ketahuan merampok, bapaknya dibunuh, ibunya dibunuh adek-adeknya dibunuh, itu zaman dulu ada begitu?" ucapnya.
"Nah sekarang saya lagi kemarin itu ada ibu dibakar ada lagi yang sama dibunuh. MasyaAllah padahal Ibu kita ini kan Wakil Tuhan di dunia ini, ini dibunuh, nggak ada hormat sama sekali," sambungnya.
Masih lanjut Ryamizard Ryacudu, itu baru situasi yang kelihatan di media, bagaimana yang tidak terekspos.
"Ini harus kita cegah. Nggak boleh terjadi seperti ini. Kalau sudah begitu ya Tuhan akan marah begitu. Padahal orang yang pertama kali yang harus kita hormati adalah Ibu, sampai tiga kali, ibu ibu ibu baru ayah," tutupnya. []