GELORA.CO - - Pilkada seharusnya jadi sarana saling 'serang' soal gagasan. Sayangnya, calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, justru mendapat serangan politik terkait fisik.
Fotonya saat sedang hamil 5 tahun lalu diungkit oleh netizen dengan narasi 'coblos udelnya'. Ini bukan kali pertama fisik perempuan yang akrab disapa Sara itu diungkit. Cuitan soal paha juga pernah jadi kontroversi.
Berikut rangkumannya:
Cuitan 'Paha Mulus'
Hal ini berawal dari cuitan politikus Partai Demokrat (PD) Cipta Panca Laksana soal 'paha calon Wakil Wali Kota Tangsel mulus'. Netizen lalu mengaitkannya dengan satu-satunya calon Wawalkot Tangsel perempuan, yaitu Sara.
"Paha calon wakil walikota Tangsel itu mulus banget," demikian cuitan Panca pada akun Twitter-nya, @panca66, seperti dilihat detikcom, Sabtu (5/9).
Cuitan Panca itu kemudian dibalas oleh Said Didu. Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu menanggapi dengan istilah 'tak ada foto adalah hoax'.
Seorang netizen mengirimkan percakapan kedua tokoh itu ke salah satu posting-an Rahayu Saraswati. Perempuan yang akrab disapa Sara itu pun membalas cuitan netizen tersebut. Ia mengatakan pelecehan seksual terhadap wanita tidak ada hubungannya dengan pilihan politik.
"Pelecehan tdk ada hubungannya dgn afiliasi politik, beda pilihan politik bukan berarti bisa dilecehkan, atau krn saya perempuan bukan berarti bisa dilecehkan, pelecehan hanya dilakukan oleh mrk yg berjiwa kerdil & pengecut," kata Sara di Twitter.
Keponakan Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, ini mengakui memang cuitan yang viral itu tidak mengaitkan nama dirinya. Namun, Sara mengingatkan, kandidat Wakil Wali Kota Tangsel yang perempuan hanya dirinya.
"Ya, dikatakan bahwa tidak mencantumkan nama. Maka bisa saja yang beliau maksud adalah calon wakil wali kota yang lainnya, yang notabene laki-laki semua. Mungkin saja," tutur Sara.
Saat dimintai konfirmasi mengenai cuitannya yang viral, Panca menyebut pernyataan itu tak ditujukan kepada siapa-siapa. Ia juga mengingatkan tidak menyebut nama siapa pun dalam cuitannya tersebut.
"Tidak ditujukan ke siapa-siapa. Toh saya tidak menyebut nama siapa-siapa," kata Panca melalui pesan singkat, Minggu (6/9).
Kritik kepada Panca pun datang secara bertubi-tubi. Apalagi cuitannya di-posting di hari-hari pendaftaran calon kepala daerah sehingga terkesan politis. Seperti diketahui, Demokrat tidak mengusung Sara di Pilkada Tangsel.
Akhirnya Panca pun menghapus cuitannya yang menuai kontroversi itu. Ia juga menyampaikan permohonan maaf.
"Sehubungan twit pribadi saya mengenai paha mulus Cawalkot Tangsel sudah terlanjur viral, dengan ini saya mendelete twit tersebut. Mohon maaf kepada pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan twit tersebut. Memang gaya saya di twitter seperti itu. Sekali lagi mohon maaf," kicau Cipta Panca Laksana melalui akun Twitter @panca66, seperti dilihat detikcom, Senin (7/9/2020).
Foto Maternity
Yang terbaru, Sara diserang lewat foto maternity atau kehamilan yang memperlihatkan perutnya yang membesar. Dilihat di akun Twitter-nya, Sara mengomentari unggahan yang menyertakan foto dirinya saat tengah hamil. Dalam unggahan itu, ada narasi 'coblos udelnya'. Foto itu memang menunjukkan Sara tengah memegang perutnya yang membesar dan memperlihatkan bagian pusarnya.
Bagi Sara, penggunaan fotonya saat hamil untuk bahan serangan adalah hal yang menyedihkan. Menurutnya, foto itu diambil saat dirinya tengah mengandung anak pertama dan sama sekali tidak terkait dengan Pilkada.
"Cukup menyedihkan bahwa foto yang diambil suami saya sebagai ungkapan syukur kami atas berkat yang Tuhan berikan kepada kami 5 tahun lalu saat hamil dengan anak pertama, yang tidak ada kaitan sama sekali dengan Pilkada saat ini (pemikiran mau maju saja tidak ada), dijadikan bahan serangan pendukung lawan," kata Waketum Gerindra ini.
Menurut Sara, kata-kata yang digunakan si pengunggah yang mengomentari foto kehamilannya tidak bisa ditoleransi. Sara pun menyebut si pengunggah sengaja mencari-cari fotonya untuk dijadikan bahan serangan.
"Terlepas keyakinan setiap pribadi masing-masing dan cara pandang kita tentang cara berbusana yang layak, kata-kata yang digunakan jelas bentuk pelecehan dan ini tidak bisa ditolerir," tegas Sara.
"Foto tersebut adalah foto dari 5 tahun lalu, artinya pun yang mengunggah dengan sengaja mencari foto sampai ke 5 tahun lalu yang bisa digunakan untuk menyerang secara sadar," imbuhnya.
Kali ini, dia enggan tinggal diam. Sara mempertimbangkan untuk melaporkan kasus ini ke polisi.
"Harapan tentang adanya pilkada bermartabat, kampanye terhormat, saling menampilkan visi misi yang baik, terasa semakin jauh dengan melihat masih adanya kenyataan seperti ini. Kali ini saya memang mempertimbangkan demikian (membawa ke ranah hukum)," tandasnya(dtk)