GELORA.CO - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta para kiai menyampaikan perihal pandemi Covid-19 tidak hanya ke santri, tetapi juga ke masyarakat sekitar pesantren.
Menurut Mahfud, kiai umumnya didengarkan oleh masyarakat. Sementara itu, dokter seringkali tidak dipercaya.
Hal ini Mahfud sampaikan saat menghadiri sarasehan yang digelar Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, Jawa Timur, Minggu (4/10/2020).
"Mohon para kiai, saya sangat berharap ini bisa disampaikan pengertian ini bukan hanya kepada santri tetapi kepada masyarakat di sekitar pesantren, karena kiai yang didengarkan," kata Mahfud melalui siaran langsung YouTube Kemenko Polhukam.
"Kalau dokter, saya bawa dokter (yang menyampaikan) bahwa Covid itu begitu, mereka sering enggak percaya. Kalau kiai bilang ya hati-hati penyakit, orang Madura itu takutnya pada kiai," ucap dia.
Mahfud mengatakan, 17 persen atau sekitar 44 juta rakyat Indonesia tak percaya adanya Covid-19. Masyarakat, kata dia, umumnya menyebut Covid-19 sebagai isu politik belaka.
Padahal, orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami indikasi yang sama seperti kelelahan, tulang terasa lemas, kemampuan penciuman hilang, hingga sesak napas.
Gejala serupa juga dialami oleh pasien Covid-19 di berbagai negara.
Mahfud pun mencontohkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dulu tak percaya pada virus corona, baru-baru ini dinyatakan positif Covid-19.
"Maka jangan main-main. Sama dengan Donald Trump itu dulu enggak percaya (Covid-19)," ujar Mahfud.
"Pergi ke mana-mana orang pakai masker, dia (Donald Trump) enggak pakai masker. Kemarin dia kena bersama istrinya. Ini politik Amerika goncang ini," kata dia.
Untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19, Mahfud meminta masyarakat berikhtiar fisik maupun batin.
Ikhtiar fisik, masyarakat diminta menerapkan protokol kesehatan dasar yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Kemudian, jika sakit segera pergi ke dokter, berobat, atau mengisolasi diri.
Sementara itu, dalam berikhtiar batin, masyarakat diminta untuk terus berdoa.
"Kita harus menganggap atau menerima fakta secara keilmuan bahwa Covid itu ada secara ilmiah," kata Mahfud.
Berdasarkan Survei Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 17 persen atau 45 juta orang masyarakat Indonesia tidak mempercayai adanya Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Anggota Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Suryopratomo dalam webinar Dewan Pers, Jumat (2/10/2020).
"Hasil survei BPS minggu lalu, 17 persen masyarakat Indonesia tidak percaya adanya Covid-19. Mereka menganggap bahwa tidak akan tertular," ujar Suryo.
Menurut dia, apabila 45 juta orang tersebut merupakan orang pembawa (carrier) virus penyebab Covid-19 tersebut, bisa dibayangkan jumlah angka penularan yang akan ditimbulkan dari aktivitas 45 juta orang tersebut.
"Maka tidak usah heran kalau positivity rate Indonesia di atas 11 persen," kata dia.
Adapun positivity rate adalah persentase orang yang memiliki hasil tes positif Covid-19 dibandingkan jumlah orang yang dites. (*)