GELORA.CO - Pemimpin baru Jepang bertekad memperkuat hubungan keamanan dengan Indonesia dan Vietnam di tengah kekhawatiran semakin agresifnya Beijing. Namun, Negeri Sakura ini tak mau memakai retorika anti-China seperti yang digunakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Dilansir dari Reuters, Perdana Menteri Yoshihide Suga akan mengikuti jejak pendahulunya, Shinzo Abe, dengan menjadikan Indonesia dan Vietnam sebagai tujuan perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak menjabat pada September.
"Saya rasa ini penting untuk ditunjukkan bahwa kami lebih menekankan dan mementingkan kawasan itu. Kami juga tertarik dengan situasi keamanan, terutama di Laut China Selatan," kata Kunihiko Miyake, penasihat khusus Suga.
Suga bakal mengunjungi Vietnam, ketua 10 anggota ASEAN, dan Indonesia, perekonomian terbesar Asia Tenggara, dal am lawatan selama 4 hari mulai Minggu (18/10). Hal ini diumumkan oleh Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato pada Jumat (16/10).
Jepang harus menyeimbangkan hubungan ekonominya yang erat dengan China dengan masalah keamanan, termasuk tindakan Beijing yang mengklaim pulau-pulau di Laut China Timur yang disengketakan. Sementara itu, banyak anggota ASEAN memperselisihkan teritorial dengan China di perairan penting Laut China Selatan. Meski begitu, mereka tetap berhati-hati dan enggan terjebak dalam konfrontasi sengit antara AS dan China.
Jepang berencana menandatangani perjanjian dengan Vietnam untuk mengizinkannya mengekspor peralatan dan teknologi pertahanan ke negara itu, menurut laporan Nikkei pekan ini. Seorang pejabat Jepang mengungkapkan Negeri Sakura itu tengah merundingkan peningkatan kerja sama pertahanan dengan Hanoi dan Jakarta.
Lawatan Suga mengikuti pertemuan Tokyo dengan Dialog Keamanan Kuadrilateral (Quad) pekan lalu. Quad merupakan kelompok tak resmi beranggotakan India, Australia, Jepang, dan AS, yang dianggap Washington sebagai benteng pertahanan melawan China. Beijing pun mengkritik Quad sebagai 'NATO' untuk menahan China.
Menurut Ha Hoang Hop dari ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, Vietnam dapat mendukung Quad karena kelompok itu lebih inklusif dan karena Beijing semakin agresif di Laut China Selatan. Sementara itu, Indonesia masih berjaga-jaga.
"Indonesia, yang paling unggul dalam sentralitas ASEAN, akan menjadi sangat ambivalen terkait Quad, lantaran merusak seluruh prinsipnya. Mereka tidak mungkin bergabung dalam Quad," duga Euan Graham dari Institut Internasional Kajian Strategis.
Vietnam telah menjadi pilihan populer bagi perusahaan Jepang. Setengah dari 30 perusahaan Jepang yang memanfaatkan skema pemerintah 23,5 miliar yen (Rp3,2 triliun) untuk mendiversifikasi rantai pasokan di Asia Tenggara menargetkan Vietnam. Kondisi ini secara agresif menarik investasi Jepang.
Di sisi lain, hanya 1 dari 30 perusahaan itu yang mengincar Indonesia. Pasalnya, perusahaan Jepang mengeluhkan birokrasi berbelit, sehingga Tokyo mendesak perbaikan.[]