GELORA.CO - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak agar Baku melanjutkan ofensifnya di Nagorno-Karabakh untuk mencapai hasil yang memuaskan dengan dukungan Turki.
Berulang Erdogan menegaskan bahwa Turki selalu mendukung Azerbaijan dengan segala cara yang memungkinkan sebagai bentuk persahabatan yang dalam.
"Azerbaijan telah membebaskan wilayah yang luas. Saya berharap negara itu akan terus berjuang sampai semua tanahnya di Karabakh dibebaskan," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan di Twitter pada hari Jumat (1/10), seperti dikutip dari Sputnik.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Globe and Mail, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa keluarnya Turki dari Kaukasus selatan akan menjadi syarat yang diperlukan untuk perdamaian di Nagorno-Karabakh.
Pashinyan menambahkan, saat ini terserah kepada sekutu NATO Turki untuk memberikan penjelasan mengapa Ankara terlibat dalam konflik Karabakh.
"Personel militer Turki dan angkatan bersenjata Turki secara langsung terlibat dalam permusuhan. Sekutu NATO Turki harus menjelaskan mengapa jet F-16 [Turki] ini menembaki kota-kota dan desa-desa di Nagorno-Karabakh dan membunuh penduduk sipil," kata Pashinyan, merujuk pada laporan dari awal pekan ini bahwa jet angkatan udara Armenia telah menjatuhkan pesawat tempur Turki.
Namun, Turki membantah laporan itu.
Pashinyan menyarankan agar negara-negara Barat memikirkan kembali penjualan senjata ke Turki, karena menurut laporan senjata tersebut digunakan oleh pihak Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Dalam serangkaian tweet, Pashinyan juga menuduh Ankara kembali ke Kaukasus Selatan untuk melanjutkan Genosida terhadap Armenia.
"Armenia dan orang Armenia di Kaukasus Selatan dianggap menjadi penghalang dalam perjalanan ekspansi Turki yang berkelanjutan menuju Utara, Timur Laut, dan Timur, dan realisasi impian imperialistiknya."
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Le Figaro, Pashinyan mengatakan Yerevan memiliki bukti bahwa militer Turki mengendalikan operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Karena itu Pashinyan menyarankan agar Ankara dikeluarkan dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) karena hanya akan menciptakan situasi yang 'agresif dan bias' dalam konflik Nagorno-Karabakh.
Namun, Erdogan mengatakan bahwa OSCE Minsk Group yang bertugas merundingkan solusi untuk konflik Nagorno-Karabakh tidak memiliki hak untuk menyerukan gencatan senjata. Sebaliknya, OSCE harus menuntut agar Armenia mengakhiri 'pendudukannya' di wilayah yang seharusnya menjadi milik Azerbaijan.
Konfrontasi militer yang intens antara Yerevan dan Baku pecah pada 27 September. Kedua belah pihak bentrok atas wilayah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni oleh etnis Armenia yang mencari kemerdekaan dari Baku dengan dukungan dari Yerevan.
Konflik telah membeku selama beberapa dekade sejak awal 1990-an. Meskipun terjadi beberapa gejolak besar yang terjadi pada 2014, 2016, dan pada Juli tahun ini, peningkatan saat ini yang ditandai dengan korban di kedua sisi adalah yang paling serius sejauh ini. (Rmol)