GELORA.CO - Kepolisian mendapat kecaman dari banyak pihak lantaran memborgol sejumlah aktivis dan petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Di antaranya adalah Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat.
Banyak pihak menilai, Polri sengaja mempermalukan petinggi KAMI sekaligus merendahkan derajatnya.
Peristiwa itu sendiri terlihat saat polisi menggelar konferensi pers di Bareskrim Polri, Kamis (15/10) kemarin.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjend Pol Awi Setiyono menyatakan, selama ini pihaknya tidak pernah membeda-bedakan perlakuan terhadap tersangka dalam kasus apapun.
Demikian disampaikan jendral Polri dengan satu bintang di pundak itu kepada wartawan, Jumat (16/10/2020).
“Selama ini kami sampaikan sama kan? Tidak ada perbedaan dengan tersangka-tersangka lain kan,” ujarnya.
Awi lantas mencontohkan perlakuan terhadap dua tersangka kasus suap pencabutan red notice Djoko Tjandra.
Yang dimaksud Awi adalah, Irjen Napoelon Bonaparte dan Brigjen Prasetijo Utomo.
Kendati keduanya jendral Polri, namun saat pelimpahan berkas, keduanya juga mengenakan baju tahanan.
“Tadi kan (Prasetijo) pakai baju tahanan kan?” tandas Awi.
Sebelumnya, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Jimly Asshiddiqie memprotes pemborgolan aktivis dan petinggi KAMI.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menilai, mereka tidak pantas diperlakukan seperti itu.
“Ditahan saja tidak pantas apalagi diborgol untuk kepentingan disiarluaskan,” tegas Jimly Asshiddiqie melalui akun Twitter pribadinya, @JimlyAs, Jumat (16/10).
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini juga menyebut, aparat kepolisian merupakan pengayom masyarakat.
Seharusnya aparat lebih bijaksana dalam menegakkan keadilan.
“polisi harusnya lebih bijaksana dalam menegakkan keadilan dan kebenaran,” sambungnya.
Jimly juga meminta polisi tidak mencari-cari kesalahan dari seseorang demi tujuan tertentu.
“Carilah orang jahat, bukan orang salah atau yang sekedar “salah”,” kata Jimly.
Sementara, petinggi Partaia Demokrat, Andi Arief mengaku sedih dan menangis melihat momen tersebut.
“Saya sedih dan menangis melihat @syahganda dan @jumhurhidayat dkk dipertontonkan ke muka umum seperti teroris,” kata Andi Arief di akun Twitternya, Kamis (15/10).
Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat itu menyebut Jumhur dan Syahganda merupakan reformasi sehingga tak layak diperlakukan seperti teroris.
“Mereka berdua ada jasanya dalam perjuangan reformasi. UU ITE tidak tepat diperlakukan begitu, bahkan untuk kasusnya juga tidak tepat disangkakan,” cetus Andi Arief.[psid]