GELORA.CO - Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, menegaskan bahwa dia tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya meskipun aksi unjuk rasa masyarakat terus berlangsung sejak tiga bulan terakhir.
Pemerintah Thailand telah menetapkan keadaan darurat dan mengeluarkan larangan berkumpul lebih dari lima orang, untuk menghentikan demonstrasi. Namun, sejak Kamis malam kemarin hingga hari ini, puluhan ribu orang memadati pusat Kota Bangkok untuk melanjutkan unjuk rasa.
"Saya tidak akan berhenti. Pemerintah harus menggunakan peraturan darurat. Kami harus melanjutkan karena situasinya berubah menjadi kekerasan. Ini akan berlaku 30 hari atau kurang, jika situasinya sudah mereda," kata Prayuth, yang dilansir Al Jazeera, Jumat 16 Oktober 2020.
Demonstrasi yang dipimpin mahasiswa sejak Juli lalu tidak hanya diarahkan pada Prayuth, tetapi juga kepada Raja Maha Vajiralongkorn.
Pemerintah Thailand memberlakukan peraturan darurat sejak Kamis kemarin. Ini artinya aparat keamanan diberikan otoritas untuk menangkap demonstran tanpa surat perintah, dan menyita peralatan komunikasi elektronik, data hingga senjata. Pesan online yang mengancam keamanan nasional juga dilarang.
Terlepas dari pengumuman tersebut, puluhan ribu orang Thailand berkumpul di antara pusat perbelanjaan dan hotel mewah Bangkok pada Kamis malam untuk melanjutkan perjuangan mereka untuk reformasi.
Prayuth mengatakan deklarasi darurat itu diperlukan karena "kekerasan" dan "insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya" selama unjuk rasa awal pekan ini. (*)