Cuitan Lama Mahfud Diungkit Netizen: Bapak Kritis Gak? Jika Gak Berarti...

Cuitan Lama Mahfud Diungkit Netizen: Bapak Kritis Gak? Jika Gak Berarti...

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Cuitan lama Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD kembali menjadi sasaran pengguna media sosial Twitter.

Pasalnya, dalam cuitan itu Mahfud menyinggung orang kritis akan diam apabila telah mendapatkan bagian.

Entah apa yang tengah disinggungnya, namun Mahfud menuliskan soal perbedaan orang kritis. Cuitan itu ditulisnya pada 24 Februari 2016 silam.

"Dalam banyak kasus, orang kritis itu karena tak kebagian saja. Setelah dapat bagian menjadi pendiam dan rakusnya bukan main. Kuat miskin yang tak kuat kaya," kata Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd.

Cuitan mantan ketua Mahkamah Konstitusi tersebut ternyata dilirik kembali oleh pengguna media sosial Twitter.

Banyak yang menyinggung apa yang diucapkan Mahfud adalah cerminan dari dirinya sendiri.

Sebab, ucapan itu dilontarkan Mahfud sebelum masuk ke dalam lingkaran pemerintahan.

Seperti yang dituliskan pemilik akun @Ardialfian pada Sabtu (10/10/2020) pukul 13.34 WIB. Ia mempertanyakan sikap Mahfud sendiri.

"Kritis = tidak mendapat bagian. Tidak kritis = mendapat bagian. Mohon maaf, bapak kritis enggak? Kalau enggak berarti dapat bagian. Maaf pak sekali lagi mohon maaf," ujarnya.

Serupa dengan itu, pemilik akun @denismalhotra juga menyinggung apa yang disampaikan Mahfud itu menjadi cerminan pada saat ini.

"Ternyata jauh-jauh hari sebelum masuk sistem, dia sudah kasih kisi-kisi tentang wataknya sendiri. Kayak film The Prestige. Mantap, Om Mahmud!" cuitnya.

Sementara itu, pemilik akun Twitter @bubusarubu juga memberikan perhatian kepada cuitan jadul Mahfud yang kembali menjadi pembahasan publik.

Ia mengamini cuitan itu persis seperti Mahfud saat ini tetapi tetap berharap ada faktor lain yang membuatnya menjadi tidak kritis.

"Twit ini beredar lagi. Kata-kata ini benar banget, sebenarnya seperti saya amati setelah kebagian jatah Prof jadi jauh lebih pendiam, jauh lebih tidak kritis di publik tapi semoga tidak rakus. Mungkin itu cara orang-orang yang lebih 'pintar' dari prof untuk mengendalikan kekritisan Prof yang dikasih bagian. Entah." (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita