GELORA.CO - Polisi menangkap ratusan orang pascademonstrasi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang berakhir ricuh di Gedung DRPD Jawa Barat dan Gedung Sate, pada 6-8 Oktober 2020.
Satu hal yang menjadi sorotan, dari ratusan orang tersebut ada pelajar SD-SMP yang turut diamankan. Kapolrestabes Bandung Kombes Ulung Sampurna Jaya mengatakan, anak-anak di bawah umur tersebut ikut berdemonstrasi setelah melihat ajakan aksi yang gencar disebarkan lewat media sosial.
"(Yang diamankan) Mahasiswa ada, pelajar ada, SD ada dan pengangguran juga ada maksudnya tidak punya pekerjaan," ujar Kapolrestabes Bandung Kombes Ulung Sampurna Jaya di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jumat (9/10/2020).
Ulung mengungkapkan pelajar di bawah umur SD hingga SMP ini ikut-ikutan aksi demo usai melihat di media sosial (medsos). Sehingga, kata Ulung, mereka berniat untuk ikut aksi.
"Ya, itu mengikuti dari medsos, jadi dia melihat dari medsos kemudian mereka ikut-ikutan," ujar Ulung.
Ratusan orang yang diamankan termasuk pelajar di bawah umur itu dilakukan pembinaan. Usai dibina, kata Ulung, mereka dikembalikan ke orang tuanya masing-masing.
"Nanti orang tuanya bisa mengambil anak-anak tersebut kemudian juga dari pihak sekolah baik itu dari kampus, SMA atau SMP bisa menjemput juga. Bahkan, ada salah satu SD jadi bisa menjemput anak-anak tersebut untuk kita lakukan pembinaan kepada mereka," tutur Ulung.
detikcom pun sempat melihat ada sejumlah anak di bawah umur yang berada di tengah-tengah massa aksi pada Kamis (8/10) sore. Mereka ikut berkerumun di antara para pengunjuk rasa yang dewasa. Saat pengunjuk rasa berorasi dan berteriak, mereka pun turut berteriak.
Bahkan, saat kericuhan pecah dan menjalar ke perempatan Gasibu - Monumen Perjuangan, seorang anak harus mendapatkan perawatan oleh relawan karena diduga mengalami benturan di tangan kanannya.
Di luar itu, polisi menyebut ada massa di luar buruh-mahasiswa yang diduga membuat ricuh. "Yang jelas di luar kelompok mahasiswa dan buruh," ucap Ulung.
Ulung mengatakan pihaknya masih mendalami asal dari kelompok demonstran perusuh itu. Saat disinggung soal keberadaan kelompok Anarko, Ulung mengatakan pihaknya masih mendalami.
"Masih kita dalami, bisa Anarko, bisa dengan yang lainnya juga," ucap Ulung.
Seperti diketahui, aksi demo tolak UU Cipta Kerja di Bandung berakhir ricuh. Polisi membubarkan massa dengan water cannon dan gas air mata. Selain itu, aksi demo ricuh selama tiga hari ini menyebabkan sejumlah fasilitas umum dan sosial rusak oleh massa(dtk).