Pasien virus Corona atau COVID-19 di Medan, HL (24), meninggal. Orang tuanya sempat terlibat perdebatan di rumah sakit agar jenazah anaknya bisa dibawa pulang keluarga.
Keributan sempat terjadi di depan Rumah Sakit (RS) Khusus Ginjal Rasyida, Medan, Rabu (7/10/2020) dini hari. Ibu HL, Elisabeth Purba, mengatakan selama ini anaknya Baca juga:
Nelayan di Banyuasin Sumsel Tewas Diterkam Buaya di Hadapan Mertua ke rumah sakit untuk cuci darah.
"Anakku selama ini sudah 5 tahun cuci (darah) di sini, jadi belakangan ini dia ada leukosit tinggi, seringnya kami datang kemari. Jadi datang ke sini diperiksa dadanya, kadang diperiksa tulang, belakangan ini begitu juga. Lalu pas lah anakku ini keringat dingin leukosit tinggi, ku bawa lah ke mari," kata Elisabeth Purba.
HL dibawa ke RS Sabtu (3/10). Usai sampai di rumah sakit, HL disebut memiliki gejala COVID-19.
Dokter meminta HL di-rapid test. Namun, keluarga menolak dengan alasan HL tidak mau disuntik lagi.
"Jadi datanglah dokter itu, 'Gini bu, kalau nggak mau dia di-apa (rapid test), di-swab' katanya. Aku nggak tau apa swab-swab ini, kalau diterangkannya 'bu isolasi', kalau dibilangnya begitu, ku paksa anakku ini rapid test," ucap Elisabeth.
Elisabeth menjelaskan dirinya menandatangani surat pernyataan agar anaknya dapat di swab. HL pun mengikuti tes swab dan diisolasi di rumah sakit itu.
HL meninggal dunia pada Selasa (6/10) malam dengan hasil swab yang belum keluar. Sebelum meninggal, Elisabeth mengatakan anaknya sempat menelepon menyatakan dirinya terjatuh dari tempat tidur ruang isolasi.
"Ketika anakku itu ditinggalkan, 'Mak jatuh aku mak' katanya. Mungkin udah sesak kali lah rasanya itu naik asam lambungnya, mau minta tolong, turun dari tempat tidur, jatuh," jelas Elisabeth.
Karena merasa anaknya meninggal bukan karena COVID-19, Elisabeth menolak pemakaman sesuai protokol kesehatan. Dia bersama suaminya Jadiawan Situmorang meminta jenazah anaknya dibawa pulang untuk dimakamkan sendiri.
Saat meminta agar anaknya dimakamkan sendiri, Jadiawan sempat berlutut. Judiawan bersujud lalu berlutut di depan tim Satgas COVID-19 Sumut yang datang ke lokasi setelah mendengar informasi tentang peristiwa ini.
Pihak dari RS Rasyida saat kejadian menolak memberikan keterangan kepada wartawan. Sementara itu Wakil Ketua Operasi Satuan Tugas COVID-19 Sumut, Kolonel Inf Azhar Mulyadi, mengatakan kejadian ini karena pihak keluarga tidak memahami tentang protokol kesehatan."Tolong jangan dibawa. Tolong, menyembah, menyembah sepuluh jari saya. Menyembah pak, akan terjadi sesuatu, nyawa saya akan melayang," kata Judiawan.
"Dalam hal beberapa kejadian yang kita alami di Kota Medan, ada beberapa keluarga yang kurang memahami persoalan protokol kesehatan khususnya kalau keluarga nya yang meninggal," kata Azhar.(Dtk)