GELORA.CO - Kondisi ekonomi tanah air memang tengah mengalami gejolak. Sehingga tidak mengherankan jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin sempat anjlok.
IHSG pada perdagangan, Kamis (10/9) dibuka turun 119,062 poin atau 2,31 persen ke posisi 5.030,314. Hanya berselang 2 menit setelah pembukaan, IHSG kembali tertekan 3,16 persen.
Kondisi ekonomi semakin bergejolak lantaran nilai tukar rupiah turut melemah terhadap dolar AS dan hampir menyentuh Rp 15 ribu per dolar AS.
Ekonom senior DR. Rizal Ramli menilai bahwa kondisi ini tidak lepas dari kondisi bursa saham acuan dunia di Amerika Serikat yang tengah mengalami koreksi tajam. Seperti dikutip dari Forbes, Dow Jones Industrial rerata turun 2,3 persen atau lebih dari 600 poin, pada hari Selasa (8/9), sementara S&P 500 turun 2,8 persen dan Nasdaq Composite kehilangan 4,1 persen.
Selain fenomena bursa saham yang anjlok, Rizal Ramli juga menyoroti mengenai munculnya wacana Revisi UU 23/1999 tentang Bank Indonesia. Di mana di dalamnya akan ada upaya membentuk Dewan Moneter yang diketuai Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Kehadiran Dewan Moneter membuat investor asing khawatir independensi Bank Indonesia akan terancam. Hal ini kemudian memicu aliran modal asing yang menjadi penguat rupiah tertahan dan yang sudah ada ramai-ramai keluar.
“Asing sudah keluar karena isu Dewan Moneter ancam independesi BI. Sudah Rp 4 T dan Rp1 T per hari,” tuturnya kepada redaksi, Jumat (11/9).
Terakhir, kondisi bursa saham Indonesia semakin bergejolak lantaran dana buyback saham sudah mulai habis setelah perusahaan-perusahaan besar jor-joran melakukan buyback pada periode April hingga Juni 2020.
“Dana buyback saham sudah habis,” tutupnya.[rmol]