Sandiaga Diprediksi ke Panggung Pilpres Lagi, Tapi Duetnya Bukan Prabowo

Sandiaga Diprediksi ke Panggung Pilpres Lagi, Tapi Duetnya Bukan Prabowo

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sandiaga Uno diprediksi akan kembali ke panggung pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 setelah kekalahan pada pemilu 2019.

Kemungkinan tersebut, menurut pengamatan ahli hukum tata negara Refly Harun, terlihat dari getolnya Sandiaga melakukan safari. Bahkan, Sandiaga aktif di kanal Youtube dan menggunakan sarana media sosial untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang.

“Sehinga wajar dia tidak begitu frontal terhadap kekuasaan yang ada saat ini,” kata Refly di saluran Youtube-nya, Sabtu 26 September 2020.

Dalam laporan pada Mei 2020 lalu, pernah mengatakan kalau pemilu 2024 akan sangat lain dengan pemilu 2019. Pertama, profil pemilih berubah drastis. Pada pemilu yang akan datang, populasi pemilih kalangan milenial akan lebih banyak. Kedua, karena milenial mendominasi, isu yang muncul tentu berubah.

Menurut prediksi Refly, di pemilu 2024, Sandiaga kecil kemungkinan kembali berduet dengan Prabowo Subianto. Lalu dengan siapa?

“Tentu tidak mungkin dengan Prabowo. Sebagai partai besar PDIP ingin satu kursi itu di dirinya. Masalahnya adalah di PDIP ada dua tokoh yang menonjol, satu adalah Ganjar Pranowo, dua adalah Puan Maharani.”

“Ganjar sebenarnya lebih leading, tapi darah birunya kan di Puan Maharani. Lalu di Gerindra, ada dua orang pula yang disebut-sebut menonjol. Satu adalah Prabowo yang identik dengan Gerindra, dua adalah Sandiaga Uno yang tidak terlalu identik sesungguhnya,” kata Refly.

Anies Baswedan yang kini menjabat gubernur Jakarta punya peluang maju bersama Sandiaga. Berdasarkan hasil survei, Anies hampir selalu tinggi elektabilitasnya. Tapi, Sandiaga juga nggak kalah kuat dari sisi logistik.

Menurut laporan Hops, dalam pilkada dan pilpres yang lalu, Sandiaga telah menghabiskan uang nyaris Rp1 triliun. Uang Rp300 miliar untuk biaya kampanye pilkada, Rp600 miliar untuk biaya kampanye pilpres. Semua itu belum termasuk pengeluaran lain-lain yang tidak tercatat.

“Jadi, apakah Sandi akan menjadi lawan koalisi di Istana, katakanlah Sandi Uno plus Anies Baswedan. Anies presidennya, Sandi wapresnya, atau dibalik. Tergantung konstelasi terakhir.”

Tetapi, kata Refly, politik sangat dinamis. Siapa akan dipasangkan dengan siapa, tergantung peta politik teraktual. 

“Jadi saya cuma bilang semua itu sangat mungkin, karena politik itu dinamis. Tetapi yang pasti tidak baik kalau semua itu dikawin secara paksa,” katanya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita