GELORA.CO - Kisah Goh Cheng Liang jadi inspirasi bagi banyak orang. Sebab sebagai salah orang terkaya di Singapura, dia ternyata tidak pernah 'mencicipi' bangku sekolah. Meski informasi lain mengatakan dirinya sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD).
Melansir CelebFamily, Kamis (10/9/2020), Goh diketahui lahir pada tahun 1928 di Singapura. Dirinya bersama keluarga yang beranggotakan enam orang bertahan hidup dengan penghasilan sekitar satu dolar per bulan, dan tinggal di sebuah ruko di jalan lembah sungai.
Dia tinggal di Singapura sampai Perang Dunia 2 pecah. Orang tuanya yang takut perang mengirimnya ke Muar di Malaya, di mana dia bekerja dengan saudara iparnya menjual jaring ikan sebelum kembali ke Singapura pada tahun 1943.
Setelah kembali ke Singapura pada tahun 1943, dia memulai bisnisnya sendiri dengan menjual soda, namun gagal. Lalu dia pergi dan bekerja di toko perangkat keras selama empat setengah tahun.
Goh akhirnya mendapatkan kesempatan emasnya ketika pada tahun 1949, Angkatan Darat Inggris melelang persediaan tentara dan dia membeli barel cat yang sudah berkarat. Berbekal pengetahuan yang dibacanya dari buku, dia mulai mencampur bahan dan pelarut dan menciptakan merek catnya sendiri, yang dikenal sebagai Cat Pigeon.
Perang Korea tahun 1950 menjadi anugerah buat dia karena impor terbatas sehingga catnya terjual dengan cepat. Bisnisnya bertumbuh besar ketika pada tahun 1959 dia menjadi distributor cat Nippon. Sejak saat itu perusahaannya menjadi produsen cat terbesar di Asia.
Seperti disinggung di awal, hal yang paling mengherankan dari perjalanan bisnisnya adalah dia tidak pernah bersekolah dalam bentuk apapun dan sangat mengkritik teori bahwa seseorang membutuhkan gelar untuk sukses.
Tanpa mengeyam bangku sekolah, Goh berhasil menjadi seorang taipan yang dikenal di seluruh dunia atas pembentukan Wuthelam Holdings, sebuah perusahaan yang memproduksi cat dan pelapis, yang membantu Goh mendapatkan kekayaan luar biasa.
Dia dianugerahi gelar orang terkaya Singapura pada tahun 2015 dan juga dianugerahi gelar Pahlawan Filantropi pada tahun 2014. Dia juga dengan sangat murah hati memberikan donasi untuk penelitian medis, baik secara individu maupun melalui organisasinya.
Mengutip Forbes, kekayaannya tercatat US$ 16,8 miliar atau setara Rp 243,6 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Sungguh sulit dibayangkan pria yang tak sekolah itu mengantongi kekayaan hingga ratusan triliun rupiah.(dtk)