GELORA.CO - Prediksi Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyatakan 99% corona tuntas pada Juni 2020 mendapat komentar pedas dari Rizal Ramli.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman menjelaskan mengapa prediksi lembaganya bisa meleset.
Ikrama mengatakan, prediksi itu berdasarkan perpaduan data dari worldometers dan Singapore University of Technology and Design. Data itu dielaborasi dan dibuat turunan untuk wilayah Indonesia. Prediksi itu disampaikan dengan berbagai catatan.
Catatan yang dimaksud ialah seperti penerapan PSBB, kedisiplinan protokol kesehatan, dan sebagainya.
"Itu kan sebenarnya yang Juni itu kita bilang ketika semua indikator terpenuhi. Faktanya kan banyak yang tidak terpenuhi sehingga prediksi itu ga bisa berlaku," kata Ikrama saat dikonfirmasi kumparan, Sabtu (19/9).
Menurut Ikrama sebelum Juni, lembaganya sudah sampaikan analisis kepatuhan PSBB dari 18 daerah pada Mei lalu dengan judul "Efek PSBB Belum Maksimal". Datanya berasal dari jumlah kasus virus corona yang dicatat oleh Gugus Tugas COVID-19.
Hasil analisanya tidak ada wilayah yang masuk tipologi istimewa dengan ketentuan memiliki penurunan kasus yang drastis.
Sementara yang masuk tipologi baik dengan ketentuan ada penurunan konsisten tapi tidak drastis yaitu empat wilayah: Jakarta, Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung.
Sedangkan tipologi cukup dengan ketentuan penambahan kasus cenderung turun tapi tidak konsisten yaitu Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Tangsel, Kabupaten Tangerang.
Lalu yang paling buruk tipologi kuning yang tidak mengalami perubahan seperti pra PSBB yaitu Sumbar, Depok, Bekasi Raya, Kota Cimahi, Kota Pekanbaru, Surabaya, Banjarmasin dan Kota Tangerang.
"Kegagalan ini sebenarnya mempengaruhi prediksi kita. Karena penerapan tidak berjalan baik, kemudian aplikasi PSBB tidak memuaskan karena dari data PSBB yang kita tabulasi waktu itu yang berhasil dalam artian angkanya terus menurun itu kalau ga salah cuma dua daerah," kata Ikrama.
Tanggapi Kritik Rizal Ramli
Terkait kritik pedas dari Rizal Ramli yang menilai prediksi itu meleset seperti survei lainnya yang kerap membohongi dan membodohi. Ikrama menanggapinya dengan tenang. Ia mengatakan Rizal Ramli harus membaca prediksi itu secara utuh termasuk persyaratan yang ada.
"Ada kekurangan di segala macam itukan juga kita tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga memberikan semacam catatan disclaimer gitu. Jadi Pak Rizal Ramli juga harus melihat secara jernih," kata Ikrama.
Ia juga meminta agar Rizal menggunakan data jika ingin mengkritik data hasil penelitian lembaganya. Pihaknya juga siap berdiskusi kalau memang ada pertentangan dari kerja ilmiah tersebut.
"Bang Rizal itu yang bohong, karena dia ga paham kerangkanya. Kemudian dia merespon. Artinya dia menambah kegaduhan," kata Ikram.
"Siaplah kita kalau dia mau diskusi di LSI silakan," tambahnya. (*)