GELORA.CO - Pengurus Cabang Internasional NU (PCINU) China meluruskan kabar mengenai umat Islam di Indonesia tidak terprovokasi dengan adanya kabar penghancuran ribuan masjid di China.
Kabar ini sendiri kali pertama dihembuskan oleh sebuah lembaga think tank di Australia.
“Mengharapkan agar umat Islam Indonesia tidak terprovokasi pemberitaan yang belum jelas kebenarannya,” kata Rois Syuriyah PCINU China Imron Rosyadi Hamid lewat siaran persnya yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (30/9).
Dia meluruskan bahwa berita yang beredar merupakan berita kadaluarsa yang diulang kembali, terutama soal penghancuran ribuan masjid di Xinjiang.
“Berita yang menyebut terjadinya penghancuran ribuan masjid di Xinjiang oleh Pemerintah China itu seperti mengulang berita-berita yang sama yang pernah beredar beberapa tahun lalu dari sumber-sumber media barat dan sudah dibantah otoritas China,” katanya.
PCINU China telah melihat langsung di Xinjiang, China. Aktivitas umat Islam di sana berjalan normal dan terpelihara dengan baik. Keberadaan masjid-masjid di berbagai kota juga terpelihara dengan baik dan warga muslim, termasuk dari Indonesia bebas beribadah di dalamnya.
Dia menambahkan saat ini konstitusi China memberikan kebebasan beragama bagi rakyat Tiongkok untuk memeluk agama atau tidak (pasal 36). Ada 5 agama resmi di China yang difasilitasi oleh Pemerintah China, yairy Islam, Protestan, Katolik, Budha dan Tao.
“Selain membangun banyak masjid di berbagai kota, Pemerintah Tiongkok juga memberikan berbagai fasilitas pelayanan ibadah haji bagi warga muslim yang akan ke tanah suci,” katanya.
Atas dasar tersebut di atas, PCINU mengajak umat Islam di Indonesia agar mampu berpikiran jernih dan membantu pemerintah dalam menangani Covid-19
“Tetap jernih dalam menanggapi berita yang menyebut ada penghancuran ribuan masjid di Tiongkok di tengah berkembangnya wacana perang dagang antara Barat dan China,” tandasnya. []