GELORA.CO - Serbia telah mengungkapkan pandangannya secara terbuka dan berjanji untuk memperdalam kerja sama dengan China setelah pertemuan kedua negara awal September lalu.
Menurut para analis China, langkah itu menunjukkan bahwa angan-angan AS untuk merayu dan menekan Serbia agar bergabung dengan aliansinya melawan China di bidang-bidang seperti 5G, pasti akan gagal.
Persahabatan erat antara China dan Serbia menjadi semakin kuat sejak pandemik Covid-19 tahun ini. Ditandai dengan pertemuan Duta Besar China untuk Serbia Chen Bo yang sering bertemu dengan para pemimpin Serbia untuk bertukar pandangan tentang kerja sama bilateral dan multilateral.
Dalam langkah baru-baru ini, Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic beberapa kali telah secara terbuka berjanji untuk memperdalam kerja sama dengan raksasa teknologi China Huawei, meskipun belum lama ini Serbia menandatangani perjanjian normalisasi dengan Kosovo di Gedung Putih di hadapan Presiden AS Donald Trump yang diketahui berkomitmen untuk tidak menggunakan peralatan yang disediakan oleh 'vendor tidak tepercaya' di jaringan telekomunikasi mereka.
Dalam pertemuan dengan Chen pada 11 September lalu, Vucic memaparkan kesepakatan tersebut dan menegaskan bahwa China merupakan mitra kerja sama yang dapat diandalkan dari Serbia dan negara itu akan melakukan kerja sama dengan China di berbagai bidang termasuk telekomunikasi.
Tiga hari kemudian, Huawei membuka pusat inovasi dan pengembangan di Beograd di hadapan Ana Brnabic, yang pada saat itu mengatakan Serbia bekerja sama dengan Huawei dalam kecerdasan buatan, pendidikan, dan kota pintar dan pusat tersebut akan secara signifikan membantu digitalisasi lebih lanjut di Serbia.
"Sebagai perusahaan kelas dunia, Huawei tidak hanya berperan sebagai pemasok peralatan, tetapi juga penyedia pengetahuan dan teknologi, menjadikannya salah satu mitra terbesar, terbaik dan terpenting di Serbia, kata Brnabic," demikian menurut kedutaan besar China di Serbia.
Suara keras dan jelas dari para pemimpin Serbia ini dibuat hanya satu minggu setelah perjanjian Washington. Para analis China mengatakan bahwa perjanjian itu hanya merupakan tanggapan setengah hati Serbia kepada Amerika, karena sepenuhnya menyadari upaya AS untuk menyabotase hubungan persahabatannya dengan China dan negara lain, dan masalah keamanan yang diangkat oleh AS hanyalah sebuah alasan.
Wang Yiwei, seorang profesor di School of International Relations di Renmin University of China, mengatakan kepada Global Times bahwa Serbia jelas tahu bahwa hanya Huawei yang dapat menawarkan layanan 5G yang hemat biaya, dan Uni Eropa (UE) tidak akan menawarkan penggantinya karena aksesi ke UE belum diputuskan dan AS tidak memiliki penggantinya yang lebih baik.
"AS telah menimbulkan masalah di Eropa tengah dan timur sejak pandemi Covid-19, yang bertujuan untuk mendorong mereka melawan China, dan Serbia adalah targetnya di Semenanjung Balkan," kata Wang.
Bukan hanya China, AS juga berusaha menggerogoti hubungan Serbia dan Rusia. Mempertimbangkan struktur impor energi Serbia dan fakta bahwa Serbia dan Rusia sangat terkait erat melalui kerja sama di bidang gas alam, perjanjian Washington menyarankan Serbia dan Kosovo untuk mendiversifikasi sumber energi mereka.
"Serbia memiliki kerja sama yang mendalam dan hubungan yang kuat dengan China dan Rusia, dan fondasi yang kokoh tidak akan terguncang oleh AS," kata Wang.
Beberapa media Barat mengklaim Serbia telah berjalan ke arah Barat setelah pertengkaran dengan Rusia atas posting Facebook seorang pejabat senior Rusia.
Namun, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan permintaan maaf kepada Vucic, Vucic mengatakan kedua negara memiliki hubungan baik dan baginya insiden itu adalah insiden yang lewat dan tidak penting.[rmol]