GELORA.CO - Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman heran dengan cara pandang Menteri Agama Fachrul Razi terhadap radikalisme.
Keheranan itu muncul setelah Fachrul menyebut penyebaran paham radikal, melalui orang-orang dengan pembawaan baik.
"Saya jadi bertanya-tanya. Ada masalah apa dengan anak-anak yang good looking, hafalan Alquran bagus, alim. Kan, seharusnya bangga ada generasi muda Islam yang lebih baik daripada sebelumnya," kata Munarman dalam pesan singkatnya kepada jpnn, Jumat (4/9).
Menurut dia, tidak sepatutnya pemerintah mencurigai anak dengan pembawaan baik. Pihak-pihak yang membenci kebaikan, kata dia, berarti berada pada posisi berlawanan.
"Lah, kok, malah dicurigai. Kalau ada orang atau pihak yang benci dengan yang baik-baik begitu, artinya orang atau pihak tersebut berada di posisi sebaliknya. Sebab, orang yang benci atau tidak suka dengan sesuatu pasti posisinya antagonis dengan yang dibencinya," ungkap dia.
"Maka kami jadi paham, yang membenci anak-anak muda tahfiz Alquran dan alim ilmu agamanya, pasti orang atau pihak tersebut," tegasnya.
Sebelumnya Menteri Agama Fachrul Razi berbicara soal cara penyebaran paham radikal masuk ke masjid di institusi pemerintahan
Pernyataan itu disampaikan Menag Fachrul saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk "Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara" di kanal YouTube Kementerian PAN-RB pada Rabu (2/9).
Saat itu, mantan Wakil Panglima TNI ini menyampaikan cara penyebaran paham radikal di lingkungan ASN.
Salah satu kemungkinannya menurut dia adalah dari rumah ibadah. Rumah ibadah itu tidak hanya yang ada di institusi pemerintahan, BUMN, tetapi di tempat ibadah yang ada di lingkungan masyarakat.
"Saya katakan di institusi pemerintahan sangat banyak peluang-peluang untuk masuknya pemikiran-pemikiran radikal," ucap Menang Fachrul.
"Cara masuk mereka gampang kalau saya lihat polanya. Pertama, dikirimkan seorang anak, ya, yang good looking, penguasaan bahasa arabnya bagus, hafiz. Mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-lama orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan sebagainya. Mulai masuk ide-ide (radikal) yang tadi saya sampaikan," tutur Fachrul. []