GELORA.CO - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu memastikan Indonesia masuk ke jurang resesi tahun ini. Bahkan menurutnya, perlambatan ekonomi sebenarnya sudah terlihat di awal tahun ini.
Menurut dia, definisi resesi sebenarnya tak semudah dilihat hanya dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi mengalami negatif. Perlambatan kegiatan ekonomi dalam waktu lama juga bisa dikatakan resesi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun ini sekitar 5 persen. Namun di kuartal I 2020 pertumbuhannya melambat 2,97 persen dan anjlok menjadi minus 5,32 persen di kuartal II.
Untuk kuartal III, Febrio memproyeksi perekonomian akan kembali minus 2,9 persen hingga 1 persen. Sehingga menurutnya, Indonesia sudah mengalami resesi.
“Kalau dilihat di kuartal I melambat di bawah 5 persen, kuartal II apalagi, dalam sekali. Kuartal III expect di kisaran minus 2,9 persen dan minus 1 persen, berarti sudah resesi, sudah perpanjangan perlambatan ekonomi kita,” ujar Febrio dalam webinar BKF, Jumat (25/9).
“Harapannya kuartal IV akan membaik atau enggak ini jadi fokus ke depan. Kita sudah resesi sepanjang tahun sebenarnya,” lanjutnya.
Dia menuturkan, hampir seluruh negara juga mengalami resesi di tahun ini. Sebab menurutnya, sumber resesi ini adalah sama di semua negara, yakni COVID-19.
“Sampai sekarang belum ada tanda-tanda perbaikan (COVID-19),” jelasnya.
Febrio menjelaskan, akibat perlambatan ekonomi itu, Indonesia menjalankan kebijakan fiskal yang cukup agresif. Yakni menargetkan defisit APBN 2020 bisa melebar hingga 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut dia, defisit itu juga merupakan yang terdalam sepanjang sejarah Indonesia.
Meski demikian, Febrio berharap pada kuartal IV diharapkan perekonomian bisa kembali positif. Sehingga di 2021 perekonomian bisa kembali pulih dan defisit anggaran bisa mengecil hingga 2023 kembali di bawah 3 persen dari PDB.
“2021 ambisi kita harapannya pulih lebih cepat, minimal di 4,5 persen target sampai 5,5 persen. Tapi memang bukan tanpa kerja keras, harus kita lakukan berbagai policy ke arah membuat perekonomian makin kuat untuk pulih dan tenaga kerja makin siap pulih ke sana,” pungkasnya. (*)