GELORA.CO - Akan ada banyak pilihan calon presiden yang disuguhkan kepada rakyat bila gugatan ambang batas presiden atau Presidential Threshold (PT) 20 persen dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK).
Menurut pakar hukum tata negara, Refly Harun, banyaknya pilihan capres akan lebih baik dibanding bila masyarakat hanya disuguhkan dua pilihan.
“Buang pikiran kandidat presden banyak akan membingungkan. Misalnya dari 16 parpol (partai politik) ada 16 calon presiden, tetap tidak akan membingungkan,” kata Refly Harun dalam Obrolan Bareng Bang Ruslan bertajuk'Presidential Threshold Kejahatan Politik' yang digelar Kantor Berita Politik RMOL secara virtual, Selasa (8/9).
Soal anggapan banyak pilihan akan membingungkan, Refly pun menyinggung gelaran pemilihan legislatif. Dalam Pileg, banyak pilihan yang disuguhkan kepada rakyat namun sejauh ini bisa berjalan dengan baik.
"Pileg saja ratusan orang dipilih, kalau presiden maka lebih mudah,” urainya.
Di sisi lain, penghapusan ambang batas pencalonan presiden juga tidak serta merta membuat semua orang bisa bebas mencalonkan diri tanpa mempertimbangkan kriteria. Mencalonkan diri tidak gampang, ada beragam pertimbangan yang nantinya bisa menjadi 'penyaring' kandidat untuk memutuskan maju atau tidaknya di Pilpres.
Salah satu yang disinggung adalah tingkat kepopuleran. Ia kemudian mengibaratkan sosok Raja Dangdut Rhoma Irama dengan Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan.
Mana yang lebih populer, antara Rhoma Irama atau Anies Baswedan? Tentu semua orang akan memilih Rhoma Irama, tapi kenapa dia (Rhoma Irama) tidak dicalonkan presiden?" jelasnya.
"Kita bisa dikenal tetapi belum tentu dipilih. Sebab masing-masing punya slot, punya tingkat elektabilitas. Calon presiden harus punya kapasitas, integritas, dan intelektual,” tandasnya(rmol)