GELORA.CO - Tokoh Minangkabau, Hasril Chaniago bukan dalam rangka mendeskritkan anggota DPR dari PDIP, Arteria Dahlan yang memiliki kerabat dekat dengan tokoh PKI asala Sumatera Barat, Bachtaruddin.
Yang mau dia jelaskan adalah adat Minangkabau saling merangkul satu sama lain, meski berbeda-beda tetap menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.
Terlebih di wilayah Danau Maninjau, tempat kelahiran nenek moyang Arteria Dahlan, di sana dilahirkan banyak tokoh bangsa salah satunya HR Rasuna Said, Muhammad Nasir, Buya Hamka, bahkan tokoh PKI Bachtaruddin.
Hasril mencoba untuk menjelaskan bagaimana Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu lahir dari ranah Minangkabau. Sehingga, pernyataan offside politisi utama, Puan Maharani tidak bisa diterima lantaran menganggap masyarakat Minang kurang pancasilais.
"Saya jelaskan ke Hersubeno Arief bahwa di Minangkabau itu jangankan berbeda pendapat, berbeda partai saja tidak ada masalah. Mau partai kiri, partai kanan. Ingat kita, salah satu tulisan Minang Sutan Sjarir, orang Minang itu cirinya mulai dari eksrim paling kiri sampai ekstrem paling kanan, itu ada semua," tegas Hasril dalam acara diskusi virtual 'Ngobrol Dengan Hasril Chaniago', Jumat (11/9).
Sebagai orang Minang, kata Hasril, yang menganut budaya timur banyak seniman ternama Indonesia yang lahir dari tanah Minangkabau seperti Sutan Sjahrir, Chairil Anwar, dan Taufik Ismail.
"Profilnya itu dari kiri ke kanan ada semua itu, jadi dalam konteks itu bagi orang Minang tak ada masalah itu," ucap tokoh pers asal Sumatera Barat ini.
Lantas dia menceritakan perihal wilayah Danau Maninjau yang memegang teguh Pancasila lantaran banyak melahirkan tokoh bangsa. Terlebih adanya tokoh PKI yakni Bachtaruddin yang merupakan saudara tiri dari Rasuna Said dirangkul dengan baik di sana.
"Lalu saya jelaskan dari satu desa Basura Nagari, keliling Danau Maninjao itu lahir tokoh-tokoh bermacam-macam ada di situ Masyumi, Muhammad Nasir, Buya Hamka, Rasuna Said, tapi di situ juga lahir tokoh PNI, namanya Sabilah Rasyad, dia anggota PNI, menteri perburuhan dalam kabinet, tapi juga ada pendiri PKI dari situ," jelasnya.
Dia mengatakan sebelum berangkat menjadi pembicara di ILC, telah melakukan riset, penelitian, dan membaca sejumlah buku baik dari paham kiri maupun kanan. Hal itu dilakukan sebagai rujukannya untuk menyampaikan suatu topik.
"Saya melakukan riset penelitian tidak sekadar mengeluarkan statemen, semuanya saya baca bukunya dari Audrey Kehin Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1928," tegasnya menyudahi. (Rmol)