GELORA.CO - Aksi teror gerombolan separatis teroris Papua terhadap masyarakat, TNI dan Polri makin meningkat jelang Sidang Umum PBB pada 22 hingga 29 September 2020. Di mana dalam sidang itu, Presiden Joko Widodo akan turut berpidato secara virtual.
Teror diduga dilakukan untuk menarik perhatian sekaligus memprovokasi aparat keamanan Indonesia.
Begitu kata Kepala Penerangan (Kapen) Kogabwilhan III, Kol Czi IGN Suriastawa dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/9).
Dia mengurai bahwa pada Sabtu (19/9), bersamaan dengan upacara pemakaman jenazah Serka Sahlan, anggota Kodim 1404/Pinrang yang gugur saat bertugas sebagai Babinsa Koramil Persiapan Hitadipa karena aksi brutal gerombolan di Kp. Sugapa Lama (17/9/2020), aksi teror gerombolan kembali menelan korban, yaitu Pratu Dwi Akbar Utomo anggota Yonif 711/RKS Brigif 22/OTA Kodam XIII/Mdk.
“Yang bertugas sebagai Satgas BKO aparat Teritorial Koramil Persiapan Hitadipa di Kab Intan Jaya. Kontak tembak terjadi sekitar pukul 13.17 WIT,” tuturnya.
Suriastawa mengatakan bahwa fakta menunjukkan kepada seluruh masyarakat bahwa situasi tidak aman yang terjadi di Papua dan Papua Barat diakibatkan oleh aksi teror dan kriminal gerombolan yang sudah sangat meresahkan masyarakat.
“Pratu Dwi Akbar tewas tertembak. TNI kembali berduka atas kejadian ini, namun tetap bertekad untuk bersama-sama dengan Polri menjaga kedamaian di tanah Papua,” tegasnya.
Salah satu pentolan gerombolan teroris separatis ini secara terbuka juga mengeluarkan pernyataan ancaman, intimidasim dan provokasi lewat media sosial. Mereka mengancam seluruh penerbangan di Papua yang mengangkut personel TNI dan Polri.
Menurutnya, gerombolan ini memang selalu memanfaatkan momen-momen tertentu untuk cari perhatian dunia internasional dan kali ini dilakukan menjelang Sidang Umum PBB minggu mendatang.
“Kepada warga masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan kebohongan yang terus dilancarkan di akun medsosnya,” tegasnya. (*)