GELORA.CO - Acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) pada Senin, 28 September 2020 lalu dihentikan oleh aparat kepolisian karena diduga tak memiliki berbagai persyaratan.
Mantan Panglima TNI sekaligus deklarator KAMI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo sempat pula membagikan kronologi kejadian tersebut melalui akun Youtube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada 30 September 2020.
Ia menegaskan, acara KAMI di Surabaya tersebut mengundang para ulama besar asal Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Intinya waktu itu saya bicara bahwa kita semua itu bersyukur karena KAMI membawa berkah karena di depan ada demo bagi banyak orang dalam kondisi pandemi dan ekonomi sulit ini ada demo berarti ada orang yang membayar, mereka juga saudara-saudara kita," ujarnya.
Dalam pidatonya, Gatot Nurmantyo mengingatkan agar para ulama membawa pengawal khusus karena belakangan marak terjadi kejahatan terhadap tokoh agama.
"Tiba-tiba ada aparatur kepolisian yang saat itu ditanya dia tidak bisa menunjukkan surat perintahnya menyetop lalu saya bilang saya minta waktu sebentar, saya akan bicara meluruskan sedikit karena kalau saya tidak teruskan bisa terjadi keributan," tambahnya.
Secara keseluruhan, Gatot berbicara dalam acara KAMI mengenai antisipasi komunisme gaya baru yang diprediksi akan terjadi di Indonesia.
"Sejak saya Panglima TNI, saya memerintahkan prajurit saya untuk nonton bareng (film Gerakan 30 September). Saya sampaikan tujuan saya agar jangan sampai peristiwa kelam, paling kelam di NKRI yaitu di 48 dan tahun 65 berulang kembali," ujarnya.
Namun alasan ia mengangkat isu komunisme di Indonesia cukup banyak didukung oleh kedatangannya di Universitas Indonesia pada Maret 2014 lalu.
"Saya melahirkan sebuah teori bahwa perang saat ini terjadi paling banyak di era spring, ke depan perang akan terjadi di sekitar khatulistiwa. Dan perang yang berlatar belakang minyak ke depan akan berlatar belakang ekonomi," tambahnya.
Dalam kesempatannya bertemu para mahasiswa, ia berandai jika 25 tahun yang akan datang terjadi kelangkaan energi minyak dan air di Indonesia.
Saat Gatot melemparkan pertanyaan kepada para mahasiswa di universitas tersebut jawabannya bermacam-macam.
Kebanyakan para mahasiswa menjawab bahwa mereka akan membeli Undang-Undang di Indonesia sebab di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terdapat sebuah komisi yang mereka yakini bisa dibayar.
"(Jawaban lain menyatakan) kita akan dirikan beasiswa dan membentuk boneka-boneka yang bisa direkrut untuk memimpin di semua strata yang ada," tambah Gatot.
Adapula mahasiswa yang mengaku akan menjadikan Indonesia sebagai negara pasar, sehingga energinya terkuras.
Jawaban lain mengatakan akan mengadu domba ABRI dengan TNI sehingga terpecah.
"Kemudian Islam sebagai mayoritas akan dipecah. Saya buat kejadian di semua wilayah sehingga Indonesia tidak berkonsentrasi dengan demikian pemudanya pun kita kasih narkoba dan sebagainya," ujar Gatot.
Jawaban dari para mahasiswa tersebut membuatnya khawatir bahwa komunisme gaya baru di Indonesia kemungkinan tinggi akan terjadi.
"Jumlah anak-anak PKI ada 15 juta, kalau dengan cucu 20 juta pada saat itu. Dan selama ini merasa didiskriminasi, lalu bagaimana dengan ideologi ini," ujarnya.
Isu G30S PKI yang diangkat oleh Gatot Nurmantyo dalam deklarasi KAMI kemudian membuat cukup banyak pihak beranggapan ia ingin mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia pada 2024.
"Terkait perkara yang bilang saya ingin jadi presiden tahun 2024 bagi saya itu adalah suatu kehormatan, berarti saya punya bakat-bakat dalam hal itu," pungkasnya.***