GELORA.CO - Amerika Serikat (AS) menuduh China menargetkan sejumlah negara di dunia, termasuk indonesia, sebagai tempat membangun pangkalan militer. Kalau Amerika sudah ngomong, kita harus menyikapi serius. Sebab, Amerika tak mungkin asal bunyi alias asbun.
Tuduhan negeri Paman Sam itu tertuang pada Dokumen Laporan Tahunan Departemen Pertahanan (Pentagon) kepada Kongres. Tebalnya mencapai 200 halaman. laporan diberi berjudul “Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China 2020”.
Di halaman 198-199, tercantum analisa Pentagon langkah China membuat pangkalan militer. analisa itu menyebut, PLA (Militer China) tengah mempertimbangkan membangun pangkalan untuk mendukung logistik angkatan laut, udara, dan darat di beberapa negara. Di antaranya di Myanmar, Thailand, Singapura, indonesia, Pakistan, Sri lanka, United Arab Emirates, Kenya, Sisilia, Tanzania, angola, dan Tajikistan.
Kemungkinan ini merujuk pada adanya pangkalan logistik PLA di Djibouti, salah satu negara yang masuk dalam kawasan Tanduk Afrika, yang diresmikan 2017 dan dioperasikan angkatan laut China (PLAN). “Di luar pangkalannya di Djibouti, China kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi angkatan laut, udara, dan darat,” tulis laporan itu dari situs Kementerian Pertahanan AS, www.defense.gov, kemarin.
Untuk mewujudkan misi itu, AS menyebut, China menggunakan proyek Belt and Road Initiative (OBOR) sebagai perantara. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, turut menjadi pesertanya. Proyek OBOR merupakan program yang diinisiasi Presiden China Xi Jinping pada 2013. Program ini bertujuan membangun infrastruktur darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antarnegara di Asia dan sekitarnya.
China dikabarkan menggelontorkan dana sebesar 150 miliar dolar AS atau setara Rp 2.137 triliun per tahun. Dana itu bisa dipinjam negara peserta program tersebut untuk membangun infrastruktur mereka. Proyek OBOR disebut dapat menciptakan potensi keuntungan militer. Misalnya, akses PLA ke pelabuhan asing yang dipilih untuk memposisikan dukungan logistik yang diperlukan.
“Para pejabat China sangat mungkin menyadari, hubungan jangka panjang yang stabil dengan negara tuan rumah sangat penting untuk keberhasilan fasilitas logistik militer mereka,” kata Pentagon.
China segera membantah tudingan AS. Jubir Kementerian Luar negeri China Hua Chunying mengatakan, laporan itu sangat bias.
Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin ikut mengomentari laporan Pentagon itu. Menurutnya, pembangunan fasilitas logistik militer PLA di di luar China mungkin saja terjadi. Tapi, dia mengingatkan, pendirian pangkalan militer negara asing dengan negara lain hanya mungkin dilakukan dengan kerjasama aliansi pertahanan penuh.
Untuk konteks Indonesia, pembangunan pangkalan logistik militer tersebut berlawanan dengan prinsip utama politik luar negeri bebas aktif “Sistem aliansi pertahanan tersebut tidak dimungkinkan dalam konteks politik luar negeri bebas aktif kita,” ujar Hasanuddin, kepada Rakyat Merdeka, semalam.
Guru Besar hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menegaskan, pembangunan fasilitas logistik militer China di Indonesia tak mungkin terwujud. “Karena politik luar negeri kita bebas aktif. Membangun pangkalan militer di RI berarti mengancam kebijakan luar negeri tersebut,” ujar Hikmahanto, tadi malam.
Dia menyatakan, pernyataan Amerika itu memang harus dikaji. Namun, pernyataan Amerika juga tak serta merta selalu benar ketika menyajikan laporan atau data. “Sekarang banyak fake news. Terutama sejak Donald Trump jadi Presiden,” imbuhnya. []