GELORA.CO - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ustaz Tengku Zulkarnain menyindir ulama pendukung rezim penguasa.
Ustaz yang sering dipanggil Tengku Zul itu mengatakan, ulama pendukung rezim penguasa selalu mencari untung.
Ketika rezim yang didukungnya sudah tumbang, mereka pun membelot, seolah-olah bersama rakyat.
“Dari zaman Orde Lama sampai sekarang selalu saja ada ulama dan tokoh yang merapat kepada rezim. Saat Rezim ditumbangkan rakyat mereka “menyalip di tekongan” seolah bersama rakyat di ujung jalan,” kata Tengku Zul dalam postingannya di Twitter, Senin (10/8).
“Padahal Rakyat juga tahu kelompok itu sukanya meraih untung dari kekuasaan.
Waspada!,” tambah Tengku Zul.
Ulama kelahiran Medan, 14 Agustus 1963 itu membantah pernyataan yang menyebut ulama tidak berpolitik praktis.
Buktinya, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari pernah mendirikan partai Islam, Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi.
“Setelah 3 minggu RI Merdeka, KH Hasyim Asy’ari memprakarsai Kongres Umat Islam I di Yogjakarta. Hasilnya terbentuklah partai Islam pertama yang diharapkan satu-satunya yakni Masyumi,” kata Tengku Zul.
“Jadi siapa bilang ulama Indonesia tidak berpolitik? Berani mengatakan beliau dkk politik bertopeng agama?,” imbunya.
Sayangnya Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno dan tokoh-tokohnya dijebloskan ke penjara.
“Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) akhirnya dibubarkan Bung Karno tahun 1960. Dan Tokoh tokohnya dipenjarakan tanpa pengadilan juga. Antara lain Muhammad Roem 4 tahun 4 bulan. Buya Hamka hampir 2 tahun. Isa Anshori dll.
Semoga Allah memuliakan para Tokoh,” tandas Tengku Zulkarnain.
Jejak KH Hasyim Asy’ari diikuti oleh cucunya, KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur dengan mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahkan, Gus Dur sempat menjadi Presiden RI.[psid]