GELORA.CO - Ketegangan di Laut China Selatan (LCS) semakin meningkat setelah Taiwan mengirim militernya pada pekan ini, setelah mendapatkan "dukungan" dari Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan gambar satelit yang diungkap News.com.au, kendaraan lapis baja amfibi dan peluncur rudal China tampak berkumpul di dekat LCS.
Gambar lainnya menunjukkan kendaraan militer bergerak ke kota-kota pesisir China di seberang Taiwan. Peluncur rudal tampak berada dalam jangkauan untuk mencapai target Taiwan.
News.com.au sendiri mengutip sebuah artikel majalah pertahanan Asia Kanwa. Di sana editor Andrei Chang mengungkap, China mengerahkan peluncur rudal PCL 191 yang mampu menghancurkan Taiwan secara akurat.
Pada saat yang sama, South China Morning Post melaporkan, Taiwan telah mengirim sekitar 200 marinir ke pos militernya di Kepulauan Pratas yang dikendalikan oleh Taiwan. Namun, China juga mengklaim pulau-pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan menyebutnya dengan nama Kepulauan Dongsha.
Kendati begitu, pakar militer Taiwan mengatakan, akan sulit bagi Taiwan untuk mempertahankan pangkalan di Kepulauan Prantas karena tidak ada penghalang alami. Taiwan juga sulit mengirim bala bantuan dengan cepat karena lokasi pulau tersebut yang cukup berisiko.
Kepulauan Pratas senditi terletak di sekitar 275 mil dari Taiwan dan sekitar 186 mil dari daratan China. Tidak ada penduduk sipil permanen di pulau-pulau tersebut, hanya ada taman nasional dan garnisun penjaga pantai.
Keberanian Taiwan mengerahkan militer ke LCS menunjukkan kedekatannya dengan Amerika Serikat (AS).
Selama ini, legislator Taiwan dari Partai Progresif Demokratik Wang Ting-yu, mengatakan, AS selalu mengutuk Taiwan jika melakukan penempatan militer di Pratas dan Taiping.
"Tapi kali ini tidak ada keberatan atas penempatan marinir kami di sana karena mereka semua ingin menahan ekspansi militer China di wilayah tersebut," ujarnya.
Kedekatan AS dan Taiwan semakin terjalin di tengah permusuhan keduanya dengan China.
China selama ini menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Sementara itu, Beijing dan Washington memiliki perselisihan di berbagai bidang.
Alhasil, kini AS menjadi sekutu utama Taiwan meski tidak mengakuinya sebagai negara berdaulat.
Beberapa hari lalu, Menteri Kesehatan AS, Alex Azar melakukan kunjungan ke Taiwan, yang memicu pertengkaran baru dengan China. Itu adalah kunjungan pejabat tinggi pertama AS ke Taiwan. (Rmol)