GELORA.CO - Situs berita Tempo.co yang merupakan keluarga Majalah Tempo mengalami serangan siber pada Jumat dinihari (21 Agustus 2020) sekitar pukul 00.30 WIB. Pelaku mengganti tampilan halaman mukanya.
Setelah serangan terjadi, halaman depan Tempo.co berganti dengan layar hitam bertulisan "Stop Hoax, jangan BOHONGI Rakyat Indonesia, Kembali ke etika jurnalistik yang benar patuhi dewan pers. Jangan berdasarkan ORANG yang BAYAR saja. Deface By @xdigeeembok."
Pelaku juga menyisipkan tautan yang mengarahkan pembaca ke akun Twitter anonim @xdigeeembok yang punya 465 ribu pengikut.
Di Twitter, pemilik akun menuliskan cuitan berapa cuitan terkait hal itu. Pukul 00.51, @xdigeeembok membuat cuitan,"#KodeEtikJurnalistikHargaMati" dan disusul dengan cuitan,"Malam Jumat ada yg lembur. Mampus... db bye... bye... bye..."
Merespon cuitan seorang netizen yang mengunggah tampilan layar situs Tempo.co yang sudah diretas, akun itu menjawab,"Peringatan Mesra".
Akun @xdigeeembok dalam beberapa ini terpantau menyuarakan dukungan terhadap RUU Cipta Kerja yang ditolak oleh organisasi buruh lantaran dinilai tidak berpihak terhadap pekerja. Akun itu juga mengkritik Tempo yang dalam beberapa hari ini menyoroti penggunaan sejumlah artis yang dibayar untuk menyuarakan dukungan terhadap RUU Cipta Kerja.
Serangan itu berdampak selama 1,5 jam. Pada pukul 01.30 WIB, Situs Tempo.co bisa kembali dipulihkan. Tampilannya kembali normal.
Menyikapi serangan itu, Pemimpin Redaksi Tempo.co Setri Yasra menganggap serangan itu sebagai salah satu upaya mengganggu kerja jurnalistik yang sedang dilakukan.
"Kami mengecam siapapun yang berupaya mengganggu tugas media dalam memenuhi hak publik atas informasi yang relevan dan terpercaya," kata Setri seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat, 21 Agustus 2020.
Menurut Setri, berbagai upaya mengganggu itu termasuk sebagai upaya pembungkaman. Namun, Setri mengaku serangan itu tidak akan menyurutkan langkah Tempo.
"Tempo akan tetap dan terus bekerja seperti biasa. Menyampaikan informasi di lapangan untuk kepentingan publik dan republik," kata Setri.[]
source: cyberthreat