GELORA.CO - Gurubesar Ilmu Politik Universitas Pertahanan, Prof. Salim Said menyambut baik langkah sejumlah tokoh bangsa mendirikan perkumpulan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Menurutnya, sejak jaman kepemimpinan Bung Karno dan Soeharto telah ada model gerakan perubahan lantaran adanya jarak antara elit dan rakyat di mana ada kepentingan dan kekuasaan. Walaupun sebelumnya, elit dan rakyat sangat dekat dalam membangun bangsa.
Dia mengatakan selama ini, tentara memiliki tradisi terlibat politik. Maka, hal yang wajar jika mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ikut terlibat dalam situasi politik lantaran merasa terpanggil untuk melakukan perubahan.
"Ada orang seperti Pak Nurmantyo memimpin tentara kita. Apalagi tentara, tentara itu punya tradisi terlibat politik. Apakah setelah pensiun mereka tidak lagi terlibat politik? Yaitu tergantung mereka sendiri, tapi peranan itu ada is a matter siapa yang mau mengambil alih peranan itu," ujar Salim di acara ILC, Rabu dinihari (19/8).
"Jadi, inilah analisa saya, kenapa terjadi hal yang seperti ini di Indonesia," imbuhnya menambahkan.
Pakar militer senior ini juga menambahkan, adanya gerakan-gerakan yang menginginkan adanya perubahan suatu kepemimpinan, dikarenakan adanya perubahan elit dari elit jajahan, elit kemerdekaan, dan elit republik.
"Rakyatnya enggak begitu berubah, lambat sekali terjadinya perubahan sehingga terjadinya leg antara cita-cita, harapan dan kenyataan. Nah ini memancing orang-orang yang merasa terpanggil," bebernya.
Dia menilai sejumlah tokoh yang tergabung dalam KAMI, merupakan orang-orang yang menginginkan adanya perubahan dan merasa terpanggil.
"Saya melihat seperti Nurmantyo ini, jenderal, Chusnul Mariyah, Din Syamsuddin, Said Didu, adalah orang yang terpanggil, sebab ini juga bukan hal baru kan saya katakan tadi. Orang panggilan itu selalu ada, dan sisanya siapa yang menjawab panggilan tu," demikian Salim Said. (Rmol)