Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan gagalnya Omnibus Law bisa membawa pecahnya koalisi pemerintahan Presiden Jokowi lho. Lebih detailnya, Rocky mengatakan berhasil atau tidaknya Omnibus Law ini bakal menentukan apakah bakalan ada reshuffle kabinet atau tidak.
Dalam situasi krisis akibat pandemi Covid-19 ini, Rocky menilai Omnibus Law menjadi pertaruhan Jokowi apakah mampu mengondisikan parpol koalisi.
Tokoh Koaliasi Aksi Menyelamatkan Indonesia itu melihat parpol koalisi sedang memainkan bargaining dalam isu Omnibus Law tersebut.
Rocky menganalisis, ada upaya dari parpol besar mitra koalisi Jokowi, untuk menyogok gerakan buruh yang turun lagi pada Selasa 25 Agustus 2020. Sayangnya, kata Rocky, sejauh ini, tak ada kabar yang bisa meyakinkan bahwa Jokowi bisa mengendalikan koalisi untuk satu suara bulat mendukung Omnibus Law.
“Ini senjata terakhir presiden untuk pemulihan Covid. Jadi Omnibus ini pamungkasnya presiden. Kalau ini batal, dan tak bisa dinegoisasikan parpol dan buruh, batalkan juga reshuffle,” kata dia dalam laporan Hops.id.
Tokoh oposisi ini mengatakan, Presiden Jokowi tahu kepercayaan publik kepadanya sedang menurun, untuk itu dia masih menghitung langkah reshuffle. Sebab jika salah langkah soal reshuffle, apalagi di tengah agenda meloloskan Omnibus Law, bisa-bisa jadi bumerang politik. Tercipta momentum politik yang mengubah total peta politik nasional.
Diam-diam PDIP beroposisi
Khusus untuk pembahasan Omnibus Law ini, Rocky menilai parpol koalisi saling lirik sana sini. Untuk Golkar, kata dia, parpol besar ini bakal all out mendukung lolosnya Omnibus law di parlemen, sebab partai berlambang pohon beringin ini ingin mengamankan kepentingan rente di baliknya.
Sedangkan PDIP, Rocky menganalisis, relatif lebih tanpa beban. Meski Omnibus Law ini merugikan elektabilitas partai, tapi PDIP bisa berdalih bahwa Omnibus Law bukan inisiatif dari mereka.
“Diam-diam PDIP beroposisi soal Omnibus Law, akan terlihat dalam demo buruh nanti. Kan ada eleman PDIP yang mengorganisir buruh, dan jenis buruh yang lainnya. Golkar ngotot, PDIP separo-paro, yang lain akan ambil keuntungan,” ujar Rocky dalam wawancara dengan Hersubeno Arief dalam saluran YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Selasa 25 Agustus 2020.
Sedangkan Nasdem, Rocky menduga, partai pimpinan Surya Paloh ini akan meneentukan sikapnya sendiri di masa-masa terakhir jelang penentuan nasib RUU Omnibus Law tersebut.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengonfirmasi buruh akan melakukan aksi unjuk rasa di 20 provinsi pada Selasa 25 Agustus 2020 terkait penolakan akan Omnibus Law dan pemutusan hubungan kerja akibat Covid-19.
Dikutip dari Bisnis, Said mengatakan selain di Kantor Kemenko Perekonomian dan DPR RI di Jakarta, aksi buruh juga akan dilakukan di 20 provinsi pada 25 Agustus 2020.
Beberapa provinsi yang akan melakukan aksi antara lain di Gedung Sate Bandung di Jawa Barat, Serang di Banten, Semarang di Jawa Tengah, dan Gedung Grahadi Surabaya di Jawa Timur.
Aksi serupa juga akan dilakukan di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Riau, Batam, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua, dan sebagainya. (*)