Risma Bilang Surabaya Masuk Zona Hijau, Epidemiolog: Tidak, Masih Zona Merah

Risma Bilang Surabaya Masuk Zona Hijau, Epidemiolog: Tidak, Masih Zona Merah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Saat menggelar video conference dengan perwakilan pedagang dan masyarakat Gunung Anyar pada Sabtu 1 Agustus 2020, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan kondisi Surabaya sudah 'hijau'. 

"Kondisi Surabaya sudah hijau. Artinya penularannya sudah rendah, lalu yang sembuh sudah banyak,” kata Risma saat itu. Risma mengaku, kondisi terkini Surabaya dia dapatkan dari data Kemenkes RI. 

Benarkah Surabaya memang sudah masuk zona hijau? 

Data yang dihimpun Basra dari laman infocovid19.jatimprov.go.id menyebutkan, Surabaya saat ini masih masuk di zona risiko tinggi dengan skor epidemiologi 1,73. 

Menurut Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, skor 1,73 itu muncul dari hasil evaluasi gugus tugas nasional berdasarkan 15 kriteria.  

Ke-15 kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: 

1. Penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
2. Penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
3. Penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
4. Penurunan jumlah meninggal dari kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
5. Penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
6. Penurunan jumlah kasus ODP dan PDP yang dirawat di RS selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari atau sama dengan 50 persen); 
7. Kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif selama 2 minggu terakhir; 
8. Kenaikan jumlah selesai pemantauan dan pengawasan dari ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir;  
9. Laju insidensi kasus positif per 100.000 penduduk; 
10. Angka kematian per 100.000 penduduk; 
11. Jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama 2 minggu;  
12. Positivity rate kurang dari 5 persen (dari seluruh sampel yang diperiksa, proporsi positif hanya 5 persen);  
13. Jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS Rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah pasien positif Covid-19;  
14. Jumlah tempat tidur di RS Rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah ODP, PDP, dan pasien positif Covid-19;  
15. Rt - Angka reproduksi efektif kurang dari 1 persen (sebagai indikator triangulasi). 

"Surabaya memang pernah mengalami penurunan jumlah penularan pada tanggal 11 Juli, 12 Juli, 13 Juli, dan 14 Juli 2020 itu angkanya 0,8. Itu data terakhir yang kami miliki, belum ada update lagi. Sedangkan untuk mengonfirmasi Rt atau jumlah penularan benar-benar turun itu harus dibuktikan selama 2 minggu berturut-turut. Kalau sampai di hari kelima atau keenam kasus naik lagi, maka pemantauannya diulang lagi dari awal. Sampai benar-benar turunnya konsisten selama 14 hari," kata Windhu saat dikonfirmasi Basra, Senin (3/8). 

Bila dilihat dari skor 1,73 yang ditentukan gugus tugas nasional, maka Surabaya masih masuk ke zona merah. "Jadi skor 0-1,8 itu zona merah. Lalu skor 1,9 - 2,4 itu oranye. Skor 2,5 - 3 itu kuning. Semakin rendah skornya artinya masih risiko tinggi," kata Windhu. 

Windhu menyatakan terlalu dini untuk menyatakan COVID-19 di Surabaya telah terkendali. "Angka kesembuhan memang tinggi, tapi jangan lupa kalau angka kematian di Surabaya itu 8,9. Itu lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 4,7 dan Jawa Timur 7,8. Jadi masih sangat mengkhawatirkan," tegas Windhu. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita