GELORA.CO - Tanaman ganja memiliki banyak manfaat ketimbang mudaratnya. Manfaat itu tentu bukan diambil dari sisi halusinasi yang ditimbulkan pasca seseorang menghirup asap ganja yang dibakar.
Begitu kata peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Profesor Musri Musman sebagaimana dikutip dari RMOLAceh.id, Senin (31/8).
Dia menjelaskan bahwa ganja merupakan anugerah dari Tuhan, jika manusia bisa mengelolanya dengan baik.
“Ada manfaat besar yang akan didapat dari daerah yang diberikan anugerah tersebut,” katanya.
Dalam hal ini, Musri Musman menegaskan bahwa penggunaan ganja yang dia maksud bukan dibakar dan asapnya dihisap seperti rokok. Melainkan ada proses pengolahan ganja, baik itu menjadi minyak maupun benang.
Minyak yang dihasilkan dari proses ekstrasi ganja, sambungnya, bisa dipilah sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Dia menjelaskan bahwa dalam sebatang ganja, terdapat 1.262 senyawa. Senyawa itu dikelompokkan dalam lima bagian. THC, CBD, PCG, CBN, dan CBV.
THC (tetrahydrocannabinol) adalah zat dalam ganja yang menimbulkan efek halusinasi. Zat ini, kata Musri, dapat dipisahkan.
Sementara zat lain, terutama CBD (cannabidiol) dimanfaatkan untuk pengobatan. Menurut Musri, ganja Aceh diburu atas permintaan pasar yang tinggi karena kandungan CBD yang menjadi bahan baku penting dalam dunia medis.
“Jadi mengapa gara-gara satu, kita membuang empat kegunaan lain bisa memberikan banyak manfaat kepada kita,” katanya.
Menurut Musri, rekayasa genetika bisa meminimalisasikan efek berbahaya dalam ganja.
Sedangkan hal lain dari sebatang ganja dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Salah satunya memproduksi benang.
Serat yang dimiliki ganja memiliki tingkat elastisitas hingga 100 kali dari benang biasa. Benang yang berasal dari ganja jadi lebih kuat.
Benang dari serat ganja juga sangat baik untuk dijadikan pakaian. Setiap pakaian, sepatu, atau produk lainnya, yang menggunakan benang ganja pasti antibakteri. Kayu di pohon ganja juga menghasilkan produk kertas nomor satu. Jika kertas ini diletakkan dibalut kayu biasa, maka akan menjadi obat antirayap.
“Rumah-rumah tua di Aceh, yang dibangun dengan kayu, terdapat lubang per segi empat untuk ditanam balok batang ganja. Ini adalah cara orang tua kita mencegah rayap menggerogoti kayu,” kata Musri.
Setelah diambil minyaknya, ampas dapat digunakan sebagai pakan ternak. Ternak yang memakan ampas ganja dapat gemuk lebih cepat karena ampas itu mengandung asam amino.
Sedangkan bijinya, jika direbus, seperti kacang hijau yang memiliki gizi terbaik. Di luar negeri, kata Musri, biji ganja diperjualbelikan karena kandungan gizinya.
Jika dijadikan toge, kata Musri, maka toge itu sangat banyak mengadung vitamin e. Alfa tokoferol atau vitamin E adalah jenis vitamin yang berfungsi untuk memelihara kesehatan kulit, kesuburan organ reproduksi, mata, sel darah, dan otak.
Seluruh manfaat dari ganja ini, kata Mursi, mungkin dilihat oleh Kementerian Pertanian. Karena itu, mereka memasukkan ganja sebagai salah satu komoditas binaan. Dan ini, kata Musri, berlaku sejak 2006. Namun baru saat ini, isu tersebut dihebohkan. (Rmol)