Pria Uighur Bagikan Rekaman saat Berada di Kamp Tahanan China, Ini Kisahnya

Pria Uighur Bagikan Rekaman saat Berada di Kamp Tahanan China, Ini Kisahnya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Seorang pria Uighur yang dulu bekerja sebagai model berhasil membagikan cuplikan kehidupannya saat berada di dalam kamp tahanan China.

Menyadur BBC pada Rabu (05/08/2020), pria bernama Merdan Ghappar ini meninggalkan kampung halamannya di wilayah Xinjiang pada tahun 2009 untuk memulai karier modeling di Foshan, Cina selatan.

Xinjiang adalah kampung halaman bagi suku Uighur, minoritas etnik bagi sebagian besar umat Muslim di China.

Orang-orang di sana dipaksa untuk memutuskan kontak dengan dunia luar dan setidaknya 1 juta orang Uighur sudah ditahan dan diberi tuduhan dengan sewenang-wenang.

Ghappar Merdan yang sukses sebagai model kemudian ditangkap pada tahun 2018 atas tuduhan menjual ganja yang diyakini rekannya sebagai tuduhan 'mengada-ada'.

Ghappar dibebaskan pada November 2019 dan pada Januari 2020, ia pulang kembali ke kampung halamannya di Xinjiang. Namun, Ghappar tak sampai di rumah, ia menghilang.

Berselang sebulan Ghappar berhasil menghubungi keluarganya melalui aplikasi WeChat. Ia berkata ditahan di penjara polisi di Kucha, Xinjiang.

Selama beberapa hari, Ghappar bisa berhubungan dengan keluarganya tapi belakangan, komunikasi mereka terputus. Keluarga akhirnya memutuskan untuk mengirim video rekaman Ghappar dan pesan teks pada BBC dan The Globe untuk membuka tabir.

Keluarganya sadar bahwa keputusan mereka mungkin memperburuk situasi tapi mereka memiliki harapan untuk menarik perhatian dunia atas kenyataan ini.

Dari kiriman tersebut diketahui jika Ghappar pernah ditahan dipenjara selama 18 hari bersama 50 orang lainnya. Kepalanya ditutup karung dan mereka diborgol dengan rantai besi membelenggu mereka.

Ghappar mendapat jatah makan di dalam tahanan yang disajikan dalam mangkuk dengan banyak sendok untuk berbagi dengan sesama penghuni sel.

Ia juga sempat mengambil foto dokumen tentang 'pengakuan' bocah umur 13 tahun yang ingin 'bertobat atas kesalahan mereka dan menyerah secara sukarela'.

Ghappar sempat merasakan gejala virus corona dan suhu tubuhnya lebih tinggi dari biasanya. Ia kemudian di pindahkan ke ruangan dingin yang membuatnya tak bisa tidur.

Ketika kondisinya semakin parah, ia dipindahkan ke Pusat Kontrol Epidemi yang berisi tempat tidur dengan belenggu dan dijaga ketat oleh dua orang. Di sini, ia berhasil menyelundupkan ponsel dan mengirim cuplikan situasi kamar.

Ia merekam dalam posisi tangan diborgol di kasur dan menunjukkan jendela yang dipasang jeruji besi dengan suara propaganda China sebagai latar belakang. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita