Sugeng mengaku mendapat laporan dari warga bahwa ada pihak-pihak yang membantu meloloskan pasangan Bajo dari jalur independen.
"Supporting system-nya dari mana? Dari siapa? Arahnya ke mana? Itu kami serahkan ke publik untuk menilai," kata Sugeng saat dihubungi melalui telefon, Selasa (25/8).
Sugeng menyebut kecurigaan ini muncul lantaran pasangan Bajo minim rekam jejak di kegiatan sosial maupun politik. Menurutnya, tak mudah menggalang dukungan masyarakat tanpa rekam jejak.
Sugeng pun membandingkan Bajo dengan pasangan lain yang maju lewat independen, Muhammad Ali alias Abah Ali-Achmad Abu Jazid alias Gus Amak.
Abah Ali dan Gus Amak dinilai memiliki peluang lebih besar lantaran keduanya punya basis massa yang cukup kuat.
Abah Ali sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam memiliki kelompok pengajian yang diikuti ribuan orang. Sementara Gus Amak adalah politisi senior dari PBB.
Meski memiliki latar belakang yang cukup kuat, pasangan tersebut gagal memenuhi persyaratan dukungan minimal 8,5 persen dari DPT Pemilu 2019.
"Sedangkan Bajo yang kita tidak tahu background-nya kok bisa? Akhirnya berkembang spekulasi bahwa ada support system di belakangnya," ujar Sugeng.
Meski demikian, politikus PKS tersebut enggan menyebut pasangan Bajo sebagai calon boneka untuk memuluskan langkah anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka menuju kursi AD 1.
"PKS tidak dalam posisi untuk men-judge ini boneka. Itu bukan kewenangan PKS," katanya.
Hal senada disampaikan budayawan senior Solo, Halim HD. Menurut Halim, keberhasilan Bajo memenuhi syarat dukungan minimal sangat mengejutkan.
"Kok bisa Bajo mengumpulkan dukungan 38 ribu lebih. Itu fantastis sekali. Itu yang jadi pertanyaan saya sekaligus kekaguman saya," katanya.
Halim bersama sejumlah budayawan di Solo sempat berencana mengkampanyekan dukungan untuk kotak kosong di Pilkada Solo 2020.
Rencana tersebut pun batal lantaran muncul pasangan Bajo yang dinyatakan memenuhi syarat oleh KPU untuk maju dari jalur independen.
Halim sudah memprediksi akan muncul calon independen yang lolos syarat KPU untuk ikut Pilkada Solo. Pasalnya, kata Halim, kotak kosong akan memukul perolehan suara calon tunggal.
"Kita sudah menduga begini. Kalau ada calon jejadian, apa yang harus kita lakukan. Itu sudah kita bicarakan," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Tim Pemenangan Pasangan Bajo, Budi Yuwono mengaku sudah mengetahui Bajo dituding sebagai calon boneka. Budi pun enggan menanggapi serius tudingan tersebut.
Budi mengatakan keberhasilan Bajo menggalang dukungan dari 38 ribu warga Solo bukan hal yang fantastis. Pasalnya, tim pemenangan Bajo sudah bergerak sejak 2019.
"Logikanya enggak masuk. Kita sudah bergerak sebelum Gibran mengatakan mau mencalonkan diri. Calon boneka dari mana," kata Budi.
Pasangan Bajo telah memenuhi syarat maju lewat jalur independen Pilkada Solo 2020. Pasangan itu digadang-gadang bakal menjadi lawan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa. (*)