Pertamina Meninggalkan 500 Fortune

Pertamina Meninggalkan 500 Fortune

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

Oleh: Salamuddin Daeng
Apakah karena Pemerintah belum bayar utang Rp.140 triliun kepada Pertamina?

BANYAK yang bertanya mengapa Pertamina kali ini tidak masuk dalam peringkat perusahaan global 500 Fortune? Seharusnya perusahaan masuk peringkat di atas 200 perusahaan global Fortune. Namun, nama Pertamina tidak ada dalam kelompok perusahaan terkemuka di dunia tersebut.

Publik bertanya apa penyebabnya? Padahal Pertamina adalah salah satu perusahaan minyak dengan kinerja positif sepanjang masa pandemik Covid-19. Ratusan perusahaan minyak global ambruk, melakukan PHK ratusan bahkan ribuan buruh mereka disebabkan oleh penurunan harga minyak global. Sementara Pertamina masih mempertahankan tingkat keuntungan yang baik dengan mengandalkan pasar domestik, serta sama sekali tidak melakukan PHK terhadap karyawannya.

Tahun 2019 lalu Pertamina sebagai BUMN penyedia energi nasional berada di peringkat 175, lompat 78 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya di peringkat 253. Tahun ini menurut banyak kalangan memang sedikit menurun dan seharusnya berada di posisi peringkat 198. Namun pil pahit terpaksa ditelan Pertamina karena nama perusahaan terbesar di Indonesia ini tidak tercatat dalam peringkat 500 perusahaan global terkemuka.

Lalu apa penyebab Pertamina tidak masuk dalam peringkat 500 perusahaan terkemuka? Hanya Majalah Fortune yang tau. Namun, dugaan sementara adalah dikarenakan pendapatan dan keuntungan Pertamina tidak masuk dalam kas perusahaan, namun masih menjadi piutang kepada pemerintah. Atau dengan kata lain pemerintah belum membayar utang kepada Pertamina. Padahal pendapatan dan keuntungan adalah dua kriteria utama sebuah perusahaan masuk 500 Fortune.

Mari kita lihat apa sesungguhnya kriteria global Fortune companies ini. Perusahaan 500 Fortune adalah sebuah penilaian dari majalah Fortune yang membuat peringkat perusahaan global terkemuka dari berbagai ukuran yakni pendapatan (revenue), keuntungan, neraca keuangan (aset dan deviden yang dibagikan), banyaknya karyawan, penghasilan per lembar saham,  pengembalian kepada investor, dan kredit perusahaan. Kriteria asal negara juga menjadi salah satu pertimbangan.

Namun ukuran laba atau keuntungan menjadi ukuran yang tampaknya paling penting. Karena dari keuntungan akan banyak menentukan posisi keuangan perusahaan dalam banyak aspek lainnya. Sementara masalah keuntungan selalu menjadi bagian krusial bagi Pertamina, mengapa?

Keuntungan Pertamina sebagian besar harus digunakan untuk menalangi sementara BBM bersubsidi, BBM satu harga, yang konon akan diganti oleh pemerintah melalui mekanisme APBN. Kalau kondisi APBN normal maka tidak ada masalah. Namun di saat kondisi APBN tidak normal seperti sekarang ini, maka pergantian subsidi BBM, pergantian kompensasi BBM satu harga, hanya akan berbentuk janji dari pemerintah. Belum jelas kapan pemerintah akan membayarnya.

Akibat tidak masuknya keuntungan atas pendapatan ke dalam kas Pertamina karena masih menjadi piutang di pemerintah, maka berakibat melemahnya ukuran lain dalam perusahaan seperti arus kas, equity yang diperlukan bagi belanja barang maupun belanja proyek perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayar utang kepada investor global, posisi kredit perusahaan, dan lain sebagainya. Banyak sekali konsekuensi yang harus diterima perusahaan akibat keuntungan tertahan sebagai piutang kepada pemerintah.

Jadi sebetulnya urusan 500 Fortune akan dapat kembali disandang Pertamina jika seluruh piutang pemerintah sampai dengan tahun 2019 yakni sebesar Rp 140 triliunan dibayar oleh pemerintah pada tahun 2020 ini. Maka dengan demikian neraca Pertamina akan langsung pulih, keuntungan menjadi sangat besar, kemampuan belanja baik barang maupun proyek sangat besar, posisi utang perusahaan membaik, kemampuan membayar kewajiban kepada investor juga membaik, dan lain sebagainya.

Barangkali dalam hal ini publik bertanya apakah majalah Fortune tidak tahu bahwa piutang Pertamina adalah kepada pemegang saham 100 persen Pertamina yakni pemerintah? Apakah majalah pemberi peringkat ini tidak tahu bahwa piutang itu kepada pemegang kuasa yang menjamin kelangsungan Pertamina? Bisa saja Majalah Fortune tahu, namun mereka juga tidak yakin bahwa di masa pandemik ini Pemerintah Indonesia bisa punya uang banyak dan mampu membayar utang kepada Pertamina. Publik nasional dan internasional tahu bahwa Pemerintah Indonesia sedang mengalami pendarahan keuangan yang lumayan berat. Wallahualam.

Tentang  Majalah Fortune :

Fortune adalah sebuah majalah bisnis global yang diterbitkan oleh Fortune|Money Group milik Time Inc. Didirikan oleh Henry Luce pada tahun 1930, bisnis penerbitan yang terdiri dari Time, Life, Fortune, dan Sports Illustrated ini tumbuh menjadi Time Warner. Hasilnya, AOL tumbuh ketika mengambil alih Time Warner tahun 2000 ketika Time Warner adalah konglomerat media terbesar di dunia.

Pesaing utama Fortune dalam kategori majalah bisnis nasional adalah Forbes, yang juga diterbitkan dwimingguan, dan BusinessWeek. Majalah ini dikenal khusus karena setiap tahunnya menerbitkan peringkat perusahaan-perusahaan menurut laba mereka.


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita