GELORA.CO - Penyelamatan ekonomi Indonesia harus dipimpin oleh orang yang tepat. Bukan orang yang sembarangan atau orang lama yang sudah terbukti gagal mewujudkan impian Presiden Jokowi meroketkan ekonomi.
Kini, ekonomi terpuruk bahkan nyungsep di angka minus (-) 5,32 persen. Orang kredibel dan berpengalaman baik di lingkup nasional maupun internasional harus dilibatkan.
Begitu tegas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) Jose Rizal menanggapi ancaman resesi Indonesia yang di depan mata.
“Bangsa ini membutuhkan sosok yang punya pengalaman dalam penyelamatan ekonomi. Bukan figur yang tiba-tiba muncul,” tegasnya kepada wartawan, Minggu (9/8).
Salah satu nama yang menurut Jose Rizal kompeten menangani ekonomi Indonesia adalah Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli.
Baginya kompetensi ekonom senior itu tidak perlu diragukan lagi. Apalagi Rizal Ramli punya track record mengangkat ekonomi Indonesia dari minus (-) 3 menjadi positif (+) 4 persen di era Gus Dur, atau melaju 7 persen.
Selain itu, Jose Rizal mencatat bahwa DR. Rizal Ramli memiliki itikad yang tidak neko-neko. Mantan Menko Kemaritiman itu selalu berniat untuk mengutamakan rakyat dalam setiap kebijakan yang diambil.
“Beliau ekonom senior, dengan kompetensi yang tidak diragukan. Semua yang punya itikad baik untuk membantu pemerintah mengatasi masalah ekonomi, harus kita dukung apalagi tokoh sekaliber Rizal Ramli,” ujarnya lagi.
Jose Rizal mendorong Presiden Jokowi kembali melibatkan RR dalam tim penyelamatan ekonomi nasional. Apalagi, Rizal Ramli, sudah mengantongi solusi untuk mengangkat ekonomi Indonesia dalam waktu 1 tahun.
Dia juga mengingatkan Jokowi agar dalam menyikapi situasi negara di ambang resesi akibat pandemik Covid-19 dengan arif. Jokowi harus melibatkan semua komponen bangsa untuk bersatu dan bahu-membahu menggerakkan usaha agar roda perekonomian tetap berjalan.
“Lupakan perbedaan pandangan politik atau perbedaan-perbedaan lainnya. Yang dibutuhkan negara kita saat ini adalah kontribusi nyata,” tutupnya. (Rmol)