GELORA.CO - Tidak masuknya PT Pertamina (Persero) dalam daftar fortune global 500 menandakan kinerja perusahaan plat merah tersebut tak membaik.
"Ini tentu menunjukan bahwa kinerja Pertamina mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya atau anjlok," ujar analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/8).
Padahal, kata Ubedilah, peluang Pertamina untuk bisa bertahan masuk dalam fortune global 500 sangat tinggi. Karena secara analisis, dampak akibat Covid-19 termasuk yang sangat minimalis.
"Buktinya perusahaan minyak negara-negara lain masih bisa bertahan bahkan naik posisinya. Problemnya mengapa kinerja Pertamina anjlok padahal ada Ahok yang dipuja sebagai sosok tangan besi yang memiliki leadership kuat ditaruh Jokowi di Pertamina?" urai Ubedilah.
Oleh karenanya, ia berpandangan keberadaan mantan Gubernur DKI Jakarta itu tersebut tidak menjadi faktor penting untuk membuat Pertamina maju.
Jangankan membuat Pertamina maju, membuat kebijakan BBM yang pro rakyat saja tidak, seperti menurunkan harga BBM untuk rakyat miskin secara berkala. Itu tidak dilakukan Ahok, padahal harga BBM dunia sedang turun, negara-negara ASEAN sejak bulan Mei sudah menurunkan harga BBM. Lalu apa manfaatnya Ahok di Pertamina?" kritiknya.
"Padahal sebagai Komisaris Utama, Ahok kemungkinan digaji ratusan juta bahkan mungkin miliaran rupiah perbulan," pungkasnya. (Rmol)