Penemuan Virus Corona Dalam Makanan Beku Makin Marak, Ahli: Jangan Dikesampingkan

Penemuan Virus Corona Dalam Makanan Beku Makin Marak, Ahli: Jangan Dikesampingkan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama ini meremehkan risiko penularan virus corona dalam rantai makanan. Namun, para ahli menyebut, penemuan virus corona dalam makanan tidak boleh dikesampingkan.

Baru-baru ini, dua kota di China menemukan jejak virus corona dalam kargo makanan beku impor.

Otoritas Kota Shenzhen pada Kamis (13/80 mengungkap, permukaan daging sayap ayam beku yang diimpor dari Brasil telah terkontaminasi dengan SARS-CoV-2, atau virus corona baru.

Otoritas Shenzhen mengidentifikasi daging sayap ayam tersebut berasal dari pabrik milik Aurora, eksportir unggas dan babi terbesar ketiga di Brasil, mengutip CNA.

Pihak Aurora sendiri mengatakan belum mendapatkan pemberitahuan secara resmi dari otoritas China mengenai adanya dugaan kontaminasi. Namun perusahaan menegaskan akan mengambil semua tindakan untuk mencegah penyebaran virus.

Pihak berwenang di Shenzhen sendiri saat ini tengah melacak dan menguji semua orang yang mungkin sudah melakukan kontak dengan produk makanan yang terkontaminasi tersebut. Hasilnya semua negatif.

“Sulit untuk mengatakan pada tahap mana ayam beku itu terinfeksi,” kata seorang pejabat eksportir daging Brasil yang berbasis di China.

Selain itu, kota di bagian barat laut, Xian, juga melaporkan adanya virus corona pada sampel kemasan luar dari udang beku yang diimpor dari Ekuador.

Komisi kesehatan provinsi Shaanxi, tempat kota Xian berada, mengatakan pihak berwenang sedang menguji orang-orang dan lingkungan sekitarnya yang terkait dengan produk udang yang terkontaminasi, yang dijual di pasar lokal.

Sejak pertengahan Juni, China telah menangguhkan beberapa impor daging dari beberapa tempat seusai menyaring semua wadah daging dan makanan laut yang masuk ke pelabuhan utama dalam beberapa bulan terakhir.

Tujuh pabrik pengolahan daging Argentina untuk sementara tidak mengekspor ke China karena mereka telah mendaftarkan kasus Covid-19 di antara karyawan mereka.

China sendiri menjadi sangat sensitif dengan pencegahan untuk mengurangi risiko infeksi dari daging dan makanan laut impor lantaran wabah di sana dikaitkan dengan pasar makanan.

Bukan hanya di China, penyelidikan mengenai penyebaran virus corona lewat makanan juga dilakukan di Selandia Baru. Di mana negara tersebut baru mendapatkan kasus pertamanya setelah tiga bulan melaporkan nol kasus Covid-19.

Infeksi di Selandia Baru kali ini melibatkan empat anggota keluarga. Salah satu di antaranya bekerja di perusahaan impor makanan beku.

Kondisi ini membuat kekhawatiran akan kemungkinan penyebaran virus corona melalui rantai makanan semakin tinggi. Terlebih, virus tersebut dpaat bertahan selama dua tahun pada suhu minus 20 derajat Celcius.  

Menanggapi situasi tersebut, Kepala Laboratorium Mikrobiologi di Pusat Pengkajian Risiko Keamanan Pangan Nasional China, Li Fengqin mengatakan, kemungkinan makanan beku yang terkontaminasi yang menyebabkan infeksi baru tidak dapat dikesampingkan.

Pasar makanan laut Wuhan menjadi sumber wabah pertama di China. Selain, pasar Xinfadi, pasar makanan yang luas di Beijing, yang terkait dengan sekelompok infeksi pada Juni.

Kendati begitu, Kepala Program Darurat WHO, Mike Ryan justru berkata sebaliknya.

“Orang tidak boleh takut akan makanan, kemasan makanan, atau pengiriman makanan,” ujarnya mengesampingkan risiko penularan dari rantai makanan.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita