Peneliti Italia Ungkap Fakta Mengejutkan, Pasien Yang Sembuh Dari Covid-19 Rentan Terkena Gangguan Kejiwaan

Peneliti Italia Ungkap Fakta Mengejutkan, Pasien Yang Sembuh Dari Covid-19 Rentan Terkena Gangguan Kejiwaan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Para peneliti di Rumah Sakit San Raffaele Milan mengungkap sebuah fakta baru yang mengejutkan. Mereka menyebut sebagian besar survivor atau orang-orang yang sembuh dari Covid-19 menderita tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi termasuk stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, insomnia, dan depresi.

Survei menunjukkan bahwa lebih dari setengah 402 pasien yang dipantau setelah dirawat karena virus, mengalami setidaknya satu dari gangguan ini secara proporsional dengan tingkat keparahan peradangan selama penyakit.

Para pasien yang terdiri dari 265 pria dan 137 wanita diperiksa pada tindak lanjut satu bulan setelah perawatan di rumah sakit.

"Jelas sekali, bahwa peradangan yang disebabkan oleh penyakit ini juga dapat berakibat pada tingkat psikiatri," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian Psikiatri dan Psikologi Klinis di San Raffaele, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Senin (3/8).

Laporan ini diterbitkan pada hari Senin di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity.

Berdasarkan wawancara klinis dan kuesioner penilaian diri, dokter menemukan PTSD pada 28 persen kasus, depresi pada 31 persen, kecemasan pada 42 persen pasien dan insomnia pada 40 persen, dan akhirnya gejala obsesif-kompulsif pada 20 persen.

Studi ini menunjukkan bahwa wanita lebih rentan menderita kecemasan dan depresi, meskipun tingkat keparahan infeksi lebih rendah, kata pernyataan itu.

"Kami berhipotesis bahwa ini mungkin disebabkan oleh perbedaan fungsi sistem kekebalan tubuh," kata Profesor Benedetti.

Akhirnya, dampak kejiwaan yang kurang serius telah ditemukan pada pasien rawat inap daripada pada pasien rawat jalan.

Konsekuensi psikiatrik dari Covid-19 dapat disebabkan oleh respon imun terhadap virus itu sendiri dan oleh faktor-faktor stres psikologis seperti stigma, isolasi sosial dan kekhawatiran bahwa dirinya akan menginfeksi orang lain, katanya.

Hasilnya akan menggarisbawahi kekhawatiran yang berkembang tentang potensi komplikasi kesehatan yang melemahkan bagi penyintas penyakit.

Awal bulan ini, para ilmuwan memperingatkan kemungkinan gelombang kerusakan otak terkait virus corona pada orang yang menderita penyakit itu.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita