Penulis: Adian Radiatus, Pemerhati sosial politik
MESKIPUN tokoh-tokoh senior yang telah berlalu lalang lama di dunia politik dan sosial keagamaan terlihat mewarnai deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI. Tetapi hampir dipastikan bukanlah orang-orang yang mudah terkontaminasi kekuasaan apalagi keserakahan ala koruptor.
Titik harapan rakyat sekecil apapun harus jadi pintu masuk peluang memperjuangkan, memperbaiki dan memajukan hidupnya secara wajar dan terhormat. Kondisi yang kini tengah dihadapi rakyat Indonesia adalah hasil tata kelola tidak bermoral dan bermartabat.
Penulis Zeng Wei Jian tidak salah beri judul "Deklarasi Superheroes" atas munculnya KAMI ini, hanya saja isinya mencerminkan ala jurubicara swasta bagi penguasa, upaya mencari sesuap pujian dengan ngutip komen Denny Siregar yang gemeter nangis saat rumahnya ketahuan. Jurus Jilat Aman. JJA.
Koalisi ini menarik kaum intelektual yang melihat Indonesia secara kacamata nasional. Bukan gelap mata ala buzzer piaraan. Rizal Ramli, Said Didu, Din S. dan lainnya dipandang sebagai mewakili akal sehat menyelamatkan NKRI.
Aksi menyelamatkan Indonesia tidak mesti berkonotasi menyerang kekuasaan yang konstitusional. Soal kejatuhan rezim bukan target waktu, situasi saat ini memungkinkan hal itu terjadi kapan saja.
Kumpulan ketidakmampuan mengurus negara itu seperti menumpuk abu berbentuk kerucut terbalik, luluh lantak dengan sendirinya begitu dilepas.
Kaum beraroma komuniser tidak perlu gerah karena Koalisi seperti KAMI itu juga merupakan 'part of democracy constitutional'. Indikatornya sedikit-sedikit pake trade mark radikal. In politic, justru 'radikalism against democracy'. Nggak melulu soal teroris apalagi agama. Rezim yang melulu ketakutan habis kekuasaannya itulah watak radikal sesungguhnya.
Aliran merah atau komuniser memang yang paling risau dengan kekacauan situasi politik pasca terbongkarnya upaya merusak dasar negara Pancasila di RUU HIP itu. Tidak mengherankan bila kehadiran KAMI buru-buru diserang buzzer hater itu.
Anehnya Zeng Wei Jian yang selama ini dikenal sejalan idealisme dengan Lieus Sungkharisma malah menudingnya akan dipasang oleh KAMI sebagai bukti simbol moderat atau lintas golongan.
Kalau begitu jelas diakui Lieus memang simbol kebersamaan, anti rasis dan demokrat sejati. Salahnya di mana? Justru “Boneka China" yang ditulis Zeng lebih perlu menjadi bahan perenungan ke dalam dirinya.
Apapun upaya membangun fitnahan kepada KAMI, termasuk sosok Din Syamsuddin, semata-mata itu adalah ketakutan kaum radikal komuniser terhadap solusi secara demokrasi ini. Tidak perlu banyak teori tentang anti pemerintah hanya karena kehadiran koalisi ini. Cukup lagu berjudul "kau yang memulai kau yang mengakhiri".
Dan kehadiran kekuatan baru bagi rakyat ini akan menjadi gelombang sangat besar dan luar biasa untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran sistemik pengelolaan negara di bidang ekonomi, sosial dan politik khususnya. []