Menlu AS Soroti Kekerasan Pemerintah China Terhadap Kaum Beragama

Menlu AS Soroti Kekerasan Pemerintah China Terhadap Kaum Beragama

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat, Mike Pompeo menyoroti usaha pemerintah China yang dianggap sengaja menghancurkan agama Kristen dan Islam.

Menyadur The National Interst, Selasa (4/8/2020), Pompeo menegaskan pemerintah AS di bawah kepeimpinan Presiden Donald Trump akan dan telah menghentikan pengalnggaran hak asasi manusia yang dilakukan China.

"Kami telah memberi sanksi kepada para pemimpin China atas kebrutalan mereka di Xinjiang," kata Mike Pompeo dikutip dari The National Interest, Selasa (4/8/2020).

"Kami memberlakukan kontrol ekspor pada perusahaan yang mendukung tindakan tersebut, dan memeringatkan perusahaan-perusahaan AS untuk tidak melibatkan budak dalam proses produksi."

Dilaporkan CBN News, pemerintah China disebut telah memanfaatkan pandemi virus Corona untuk mendegradasi agama Kristen.

Bob Fu dari Dewan Penelitian Keluarga menyebut otortias berwenang telah memaksa gereja untuk mengganti potret Yesus dengan foto Presiden Xi Jinping yang disandingkan dengan pendiri Partai Komunis China, Mao Zedong.

"Potret Xi Jinping bahkan diletakkan di mimbar gereja bersama dengan Ketua Mao," kata Bob Fu.

"Dan item baris pertama dari ibadah oleh gereja yang disetujui pemerintah sebelum COVID-19 adalah menyanyikan lagu kebangsaan Partai Komunis."

Pda sidang kongres Kamis (30/7/2020), Mike Pompeo juga menegaskan bahwa pelanggaran HAM China atas Muslim Uighur adalah "noda abad ini.

Sebagai informasi, kelompok minoritas Muslim Uighur dikabarkan mendapat perlakuan tak manusiawi dari pemerintah China.

The National Interest melaporkan bahwa ratusan ribu wanita Uighur telah menjalani pemeriksaan kehamilan wajib, sterilisasi paksa, dan bahkan aborsi paksa.

Seorang wanita Uighur yang bekerja di rumah sakit menceritakan bagaimana aborsi paksa itu benar-benar diterapkan terhadap wanita Uighur.

"Para suami tidak diizinkan masuk. Mereka menerima wanita, yang selalu menangis," beber wanita yang tak disebutkan namanya itu.

"Setelah itu, mereka hanya melempar janin ke dalam kantong plastik seolah itu sampah. Seorang ibu memohon untuk mati setelah bayinya yang berumur 7 bulan terbunuh." []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita