GELORA.CO - Ledakan di Kota Beirut, Lebanon menyebabkan 78 orang meninggal dunia dan lebih dari 4.000 orang terluka.
Ledakan yang terjadi pada Selasa (5/8) sekitar pukul 18.00 tersebut menyita perhatian dunia.
Kepala Palang Merah Lebanon George Kettaneh mengatakan, jumlah korban pasti akan bertambah. Pasalnya, banyak yang masih terperangkap di rumah-rumah yang rusak akibat ledakan tersebut.
Media Lebanon LBCI mengutip Hotel Dieu Hospital di Beirut yang mengatakan bahwa mereka merawat lebih dari 500 orang dan tidak dapat menerima lebih dari itu.
Puluhan orang yang terluka perlu operasi dan rumah sakit mulai kekurangan persediaan darah.
Rekaman ledakan yang beredar di publik melalui media sosial menunjukkan asap naik dari distrik pelabuhan yang diikuti oleh ledakan besar.
Mereka yang merekam apa yang awalnya tampak seperti kobaran api besar kemudian dikejutkan oleh ledakan itu.
Presiden Libanon, Michel Aoun, mengatakan ledakan besar yang terjadi di Ibu Kota Beirut pada Selasa (4/8) petang berasal dari sebuah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat.
Aoun mengatakan ribuan ton amonium nitrat itu dilaporkan tersimpan secara tidak aman di sebuah gudang dekat pelabuhan Beirut selama kurang lebih enam tahun.
Ia menganggap penyimpanan amonium nitrat dalam gudang tersebut tidak dapat diterima dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Aoun bersumpah akan menjatuhkan sanksi terberat terhadap pihak yang bertanggung jawab.
Ia juga menetapkan status darurat nasional selama dua pekan terkait insiden di ibu kota ini.
Meski begitu, pihak berwenang sampai saat ini belum bisa memastikan penyebab gudang tersebut meledak.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut ledakan dahsyat di area dekat Pelabuhan Beirut Lebanon terlihat seperti sebuah serangan mengerikan.
“Amerika Serikat siap membantu Lebanon. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat Lebanon, dan akan berada di sana untuk membantu,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dilansir dari laman Guardian, Rabu (5/8/2020).
“Sepertinya (ledakan di Lebanon) ini adalah serangan mengerikan,” tambah Trump.[psid]