GELORA.CO - Menghadapi era new normal di masa pandemik Covid-19 ini, masyarakat sudah diberikan kelonggaran untuk beraktivitas. Dengan catatan mematuhi protokol kesehatan dengan tetap memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.
Di era new normal ini, masyarakat juga kapan saja bisa tertular Covid-19. Hal itu ditandakan munculnya cluster penyebaran Covid-19 diberbagai lingkungan perkantoran, pemerintahan maupun pendidikan.
Di Tangerang Selatan, klaster penyebaran Covid-19 kini sudah merambah ke lingkup pendidikan atau ke sekolah.
Rumah Lawan Covid-19 yang didirikan Pemerintah Kota Tangsel guna mengkarantina pasien reaktif maupun terkonfirmasi Covid-19, kini telah menerima belasan guru yang reaktif Covid-19.
Hal itu dikatakan, Koordinator Rumah Lawan Covid-19, Suhara Manullang.
"Sekarang sudah dimulai cluster ada di Tangsel, itu klaster pendidikan tapi bukan murid tapi ke guru dan dosen. Lebih dari 10 orang," ucap Suhara, dilansir dari Kantor Berita RMOLBanten, Sabtu (22/8).
Diketahui, meski pembelajaran masih menggunakan sistem daring atau jarak jauh. Tetapi, para guru tetap berada di sekolah dan terjadi interaksi dengan guru-guru lain.
"Ya berartikan berinteraksi itu. Seidealnya protokol kesehatan kelalaian dan kekhilafan itu akan selalu ada di manusia. Konsekuensi tadi, kita siap tertular siapapun. Di Rumah Lawan Covid-19 sudah mewakili semua loh pemuka agama ada, pemerintahan ada, pejabat ada, TNI ada. Sekarang ini jadi perhatian sekolah-sekolah," bebernya.
Lanjut Suhara, ada beberapa faktor cluster di lingkup pendidikan Tangsel. Faktor yang pertama yakni, adanya pelonggaran sehingga terjadi interaksi.
"Yang kedua adalah episentrum Tangsel ini dengan Jakarta kan dekat dan banyak juga yang kerja di Jakarta. Kemudian secara ekonomi juga ke Jakarta kan gitu, banyaklah bisnis di Jakarta," jelasnya.
"Jadi pada saat terjadi cluster yang ada itu ya karena hal itu. Nah dimulai dari klaster perusahaan, nah sekarang sudah dimulai cluster ada di Tangsel itu klaster pendidikan," imbuhnya.
Dengan adanya klaster-klaster penyebaran Covid-19, Suhara juga berharap agar masyarakat tidak menganggap Covid-19 itu sebuah rekayasa atau konspirasi.
"Ya PSBB itu kan satu perangkat yang bisa dicabut kapan, bisa diteruskan dengan pelonggaran-pelonggaran. Bahkan sekarang lebih kepada untuk ya masa pakai masker aja harus di PSBB kan, nah ini harus seimbang. Jangan juga masyarakat akhirnya menganggap Covid ini konspirasi, rekayasa, halusinasi, (Covid-19) ada itu di depan kita," kata Suhara.
Bahkan, ia menilai kasus terkonfirmasi sudah mulai melonjak di rumah sakit.
"Nah sekarang mulai ada lonjakan, beberapa rumah sakit sudah mulai penuh, ini yang kita saling menyadarkan itu," pungkas Suhara. (Rmol)