GELORA.CO - Kapal Rusia MV Rhosus memulai pelayarannya membawa 2.750 ton amonium nitrat dari pelabuhan di Batumi, Georgia dengan tujuan akhir Mozambik di satu hari tahun 2013.
Kapten kapal Boris Prokoshev menggunakan bendera Moldova singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar.
Saat itulah pemilik kapal mengatakan kepada kru kapal berkewarganegaraan Rusia dan Ukraina bahwa dia kehabisan uang, sehingga mereka perlu mengambil kargo tambahan untuk membiaya perjalanan mereka. Inilah yang membawa kapal singgah ke Beirut, seperti dilaporkan CNN, 6 Agustus 2020.
Pemilik kapal sebuah perusahaan bernama Teto Shipping. Pemilik perusahaan itu seorang Rusia bernama Igor Grechushkin yang tinggal di Siprus.
Setibanya di Beirut, otoritas pelabuhan menahan MV Rhosus karena pelanggaran berat dalam mengoperasikan kapal. Kapal ini tidak membayar biaya yang diwajibkan oleh pelabuhan Beirut.
Selain itu, awak kapal warga Rusia dan Ukraina mengadukan nasib mereka yang tidak digaji secara layak dan tanpa disediakan makanan dan air secara layak.
Menurut Prokoshev, para pelaut itu selama 11 bulan berada di dalam kapal.
"Saya menulis kepada Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin-Red) setiap hari... akhirnya kami terpaksa menjual bahan bakar dan menggunakan uangnya untuk menyewa penagcara karena tidak ada bantuan, pemilik bahkan tidak memberi kami makanan atau air," kata Prokoshev dalam wawancara dengan Echo Moscow, 5 Agustus 2020.
Menurut Serikat Pekerja Laut Rusia, sejumlah awak warga Rusia kemudian direpatriasi ke negara mereka tanpa menerima gaji.
Sementara amonium nitrat yang ada di dalam kapal tidak diizinkan otoritas pelabuhan Beirut untuk dikeluarkan atau dpindahkan ke kapal lainnya.
Bea Cukai Lebanon pada tahun 2017 membawa masalah amonium nitrat yang teronggok di dalam kapal Rusia itu ke pengadilan. Bea Cukai meminta izin agar amonium nitrat dipindahkan dari kapal MV Rhosus ke hangar Bea Cukai di pelabuhan Beirut.
Bahkan Bea Cukai menawarkan amonium nitrat itu dijual ke militer Lebanon.
Bea Cukai yang sudah melayangkan enam surat ke pengadilan tidak mendapat tanggapan apapun.
Namun Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut , Hassan Kraytem mengatakan kepada televisi setempat, OTV bahwa amonium nitrat telah dipindahkan ke gudang di pelabuhan Beirut sesuai perintah pengadilan.
Beberapa jam sebelum terjadi ledakan, petugas keamanan negara memperbaiki pintu gudang penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut. []