GELORA.CO - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ramai dibahas di Twitter. Hal itu menyusul kinerja Pertamina yang mencatat rugi US$ 767,92 juta atau setara Rp 11,13 triliun (kurs Rp 14.500).
Keyword Ahok sempat trending di jagat maya bersanding dengan narasi atau berita soal kerugian Pertamina tersebut.
Dari pantauan detikcom, Senin (24/8/2020), kinerja Ahok pun disorot netizen. Sejumlah netizen menyindir, salah satunya akun @Prof_Blusukan.
"Waktu Ahok masuk Pertamina dia bilang gini : "Saya digaji untuk menyelamatkan uang Pertamina" Setelah Ahok masuk, Pertamina justru 'KEHILANGAN UANGNYA' Teman Ahok Indonesia (TAI) mana suaranya?" cuit akun tersebut.
Lalu ada juga Agung nusanjaya dengan akun @AcgungN. Ia mengatakan, Ahok hanya biasa-biasa saja.
"Terbukti Ahok bkan siapa2 ( biasa2 aja )," katanya.
Selain itu ada juga aLy_Benzema dengan akun @BintangTimur27. Ia mempertanyakan kenapa Pertamina rugi.
"Padahal Rakyat Sudah Di Peras Kenapa Masih Rugi Koh @basuki_btp, Katanya Dengan Adanya Ente Di Pertamina Semua Mafia Bakal Di Babat Abis?" cuitnya.
Namun, ada juga yang membela Ahok. Salah seorang netizen mengatakan, jika tidak ada Ahok rugi Pertamina semakin besar.
"Untung ada Ahok. Kalau tidak ada beliau, mungkin kerugian Pertamina bakal melonjak jadi 44 T," cuti akun @TofaTofa_id.
Hal senada juga diungkapkan akun @Ferysplace. Menurutnya, tanpa Ahok kerugian Pertamina semakin besar.
"Klo bukan Ahok komisarisnya, ruginya bisa 110T," cuitnya.
Dalam situs resmi perusahaan disebutkan, Pertamina rugi US$ 767,92 juta atau setara Rp 11,13 triliun. Bila ditarik dalam rentang satu tahun, catatan keuangan Pertamina ini berbanding terbalik dengan kinerja di periode yang sama di tahun 2019. Kala itu, produsen minyak pelat merah ini masih membukukan laba sebesar US$ 659,96 juta atau setara Rp 9,56 triliun.
Penurunan drastis pada laporan keuangan Pertamina ini tak lepas dari kinerja penjualan perusahaan pada semester I-2020 yang anjlok 19,84% menjadi US$ 20,48 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 25,55 miliar.
Padahal total beban pokok penjualan dan beban langsung Pertamina berhasil turun 14,15% menjadi US$ 18,87 miliar, sayang, itu belum bisa menutupi kerugian dari penurunan penjualan tadi.(dtk)