Kepemimpinan Jokowi Dikritik dalam Buku Peneliti Asing

Kepemimpinan Jokowi Dikritik dalam Buku Peneliti Asing

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Jokowi dikritik habis dalam buku biografi karya peneliti Lowy Institute, Benjamin "Ben" Bland. Dari penanganan virus corona hingga rencana pindah ibu kota.

Dia menyebut pemerintah Indonesia 'menunjukkan banyak sifat terburuknya' seperti mengabaikan nasihat ahli, kurangnya kepercayaan pada masyarakat sipil, dan kegagalan untuk mengembangkan strategi yang koheren".

Dilansir dari The Sydney Morning Herald, Kamis (13/8), hal itu mengakibatkan munculnya 2 juta pengangguran baru dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus virus corona tertinggi di Asia Tenggara.

Indonesia sendiri telah mengerahkan beberapa upaya untuk mengendalikan penyebaran virus corona, seperti membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan memberlakukan Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Selain itu, pemerintah juga memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 13,8 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta sebesar Rp600 ribu selama 4 bulan. Stimulus dalam bentuk BLT ini diberikan dalam rangka pemulihan ekonomi di tengah pandemi corona.
 
Selain mengkritik perihal pandemi, Bland yang merupakan direktur program Asia Tenggara di Lowy Institute itu menyebut Jokowi 'tertarik untuk menarik investasi dari siapa pun yang memiliki uang tunai paling banyak' demi mencapai tujuan ekonomi domestiknya.

Salah satunya adalah China yang sedang membangun jalan, jembatan, pembangkit listrik, dan pelabuhan di seluruh Indonesia, selain jalur rel Jakarta-Bandung.

Kemudian Bland juga memberikan penilaian kerasnya tentang prioritas Jokowi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat, China, dan negara-negara Asia Tenggara atas Laut China Selatan.

Dia menulis bahwa para pemimpin negara Barat sangat membutuhkan mitra baru di Asia untuk membantu melawan China. Namun, katanya, Jokowi tidak punya waktu membangun kekuatan politik besar.

Ekspetasi yang Terlalu Tinggi

Pria lulusan Universitas Cambridge itu juga memperingatkan ekspektasi kepada Jokowi yang terlalu tinggi.

Banyak pihak di Canberra  yang berharap Jokowi akan membuka ekonomi Indonesia untuk investasi Australia dan berdiri di kawasan itu sebagai kekuatan penyeimbang melawan China.

"Tapi Jokowi telah menunjukkan sedikit minat pada kepemimpinan daerah dan, bagaimanapun, dia tetap dibatasi oleh komitmen mendalam Indonesia untuk mempertahankan otonomi strategis dan menghindari keterlibatan asing," ujar Bland yang pernah tinggal di Indonesia, Singapura, dan Vietnam selama enam tahun.

Bland juga menyebut rencana Jokowi perihal ibu kota baru di Pulau Kalimantan menjadi bukti sifatnya yang aneh dan gaya pemerintahannya yang tidak terorganisir.

Kebijakan luar negeri Jokowi pun juga ikut disorot. Bland menulis, Jokowi memiliki sedikit perhatian terhadap pertunjukan diplomatik. Dalam lima tahun pertamanya, Jokowi tidak menghadiri satu pun Sidang Umum PBB.

Pendekatan Jokowi yang berkembang ke arah politik, dari rakyat biasa kemudian menjadi otoriter yang semakin dekat pada elite politik Jakarta pun tak luput dari kritik.

Bland sendiri adalah mantan koresponden asing di Jakarta, Hong Kong, dan Hanoi untuk media Financial Times. Dia menulis biografi pertama Jokowi dalam bahasa Inggris berjudul "Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia".

Buku itu dijadwalkan rilis pada 1 September dan menceritakan tentang kebangkitan Jokowi dari awal kehidupannya yang sederhana di sebuah gubuk di tepi sungai, kesuksesannya sebagai produsen furnitur, hingga ketika Jokowi memasuki dunia politik.

Bland telah mewawancarai Jokowi lebih dari belasan kali sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo, ketika menjadi Gubernur Jakarta, dan sebagai presiden dari 2014.

Keakraban Bland dengan pokok bahasannya yang mendalam dalam pembentukan politik dan ekonomi Indonesia bersinar dalam buku ini.

Man of Contradictions menyeimbangkan pandangan simpatik tentang pencapaian signifikan Jokowi dalam membangun infrastruktur jalan dan kereta api yang sangat dibutuhkan dan sempat tertunda selama beberapa dekade, dengan kritik atas gaya pemerintahannya yang terkadang kacau. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita